Breaking Point (Chapter 6)

Title : Breaking Point

Author : Navaya Gaia Chandra

Cast :

Kim Taeyeon

Jung Sooyeon

Lee Soonkyu

Hwang Miyoung

Kim Hyoyeon

Kwon Yuri

Choi Sooyoung

Im Yoona

Seo Joohyun

Others

Genre : Drama, Crime, Thriller

Length : Series

Playlist :

Boyce Avenue ft Hannah Trigwell – Passenger

John Legend ft Pink – Don’t Give Up

One Republic – Counting Stars

Leona Lewis – Better In Time

JYJ – Creation

Shoujo Jidai – Divine

Desclaimer:

This is just for fun.

Just a pure fiction story.

Imagination. Fantasy. Dream.

 

Copyright. ©Navaya 2014. All right reserved

Please, don’t try to copy this story without prior written permission from the Author.

Thanks 🙂

 

 

CHAPTER 6

Geminos

 


Usai perkuliahan, Jessica bergegas menuju toilet. Entah kenapa perutnya terasa mual dan menohok. Dia langsung mengeluarkan isi perutnya sesaat setelah mengunci pintu toilet. Untung toilet tengah sepi karena saat ini masih dalam waktu perkuliahan. Tanpa Jessica sadari sepasang mata terus mengikuti pergerakannya dan berlalu begitu mendapat apa yang dia inginkan. Dan tak lama setelah Jessica menyelesaikan pertempurannya dengan si rasa mual, dia melangkah menuju westafel untuk membasuh mukanya. Jessica segera mencabut beberapa helai tisu dan mengelap wajahnya.

 

***

 

“Ada yang lihat Jessica?” Taeyeon mencari-cari Jessica di antara teman-teman Jessica yang bergerombol di lobby gedung Fakultas Kedokteran.

“Yuri-ah, kau lihat Sica?” teriaknya saat melihat Yuri keluar dari sebuah ruangan.

“Sepertinya dia ke toilet.” Di belakang Yuri, Sunny menjawab sambil menunjuk arah toilet di bagian dalam gedung.

“Oke, thanks.” Taeyeon berbalik dan melangkah kakinya kembali masuk ke dalam gedung fakultas.

“Aku tidak sabar menunggu berita selanjutnya. Benar yang kau katakan, kita harus memata-matai Jessica Jung setelah menghilangnya dia beberapa waktu lalu. Dan kurasa kau benar, terjadi sesuatu padanya.”

Taeyeon menghentikan langkah dan merapatkan tubuhnya di dinding.

“Hmmm.. Aku tahu.” Suara Bora terdengar yakin. “Dan tidak sia-sia kita merekam kejadian tadi. Ini akan jadi berita yang lebih menghebohkan dari berita sebelumnya.” Senyum sarat makna terpampang di wajahnya.

Mata Taeyeon langsung tertuju pada seorang gadis yang tengah menelepon dan berdiri membelakanginya. Dia pun keluar dari persembunyiannya.

“Hei, apa kabar?” Secara mengejutkan Taeyeon mucul di hadapan Bora dan membuat Bora langsung mematikan sambungan teleponnya. Matanya menatap nanar wajah polos di hadapannya. Ada kecemasan dalam tatapannya yang tanpa dia sadari, Taeyeon pun terkejut dengan sebuah benda dalam genggaman Bora. Handycam. Namun Taeyeon dapat mempertahankan raut tenangnya.

“Aku pinjam sebentar mainanmu.” Tanpa sempat ditahan, tangan Taeyeon menyambar handycam di tangan Bora.

“YA! KEMBALIKAN!” Bora berteriak dan berusaha merebut kembali handycamnya dari tangan Taeyeon.

Taeyeon berkelit dengan cepat dan menekan tombol play. Sorot matanya berubah dari teduh menjadi dingin mengetahui apa yang tengah direkam oleh Bora. Dan otaknya langsung bekerja menganalisa apa yang akan Bora lakukan dengan rekaman itu juga mencari cara untuk menghentikan semua kegilaan Bora.

“KEMBALIKAN, JUNG!” Bora kembali berteriak.

Kali ini Taeyeon menoleh. Tersenyum tenang. “Rekaman yang lucu. Aku pinjam untuk dokumentasi Breaking Point ya.” Tangan Taeyeon membuka tempat CD dan mengeluarkannya. Setelah itu dia mengembalikan lagi handycam di tangannya pada pemiliknya.

“Brengsek.” Sorot mata Bora penuh ancaman pertanda semua ini belum berakhir. “Aku bisa melaporkan kelakuanmu pada-”

“Laporkan saja. Kau pikir aku takut?” Taeyeon tertawa santai. Melambaikan tangan meninggalkan Bora yang kini mengepalkan tangannya kuat.

Tanpa Taeyeon sadari, Bora dengan cepat mensejajari langkahnya dan menarik tangan Taeyeon hingga punggung gadis itu membentur dinding. Taeyeon mengerang pelan. Menyadari satu bagian tubuhnya kembali terasa nyeri karena perlakuan kasar itu.

“Bora-ya, berhenti! Lepaskan dia.” Satu suara bernada tegas membuat Bora melepas cekalannya pada kerah kemeja Taeyeon. Dia menghentakkan kakinya mengikuti satu tarikan tangan sahabatnya yang membuatnya menjauhi tubuh Taeyeon.

“Kembalikan.” Satu kata itu meluncur dari bibir gadis itu sesaat setelah Bora dan salah seorang sahabatnya tak terlihat di ujung lorong. Dia mengulurkan tangannya meminta kepingan CD di tangan Taeyeon.

“Your bestfriend so damn scary.” Seolah tak mendengar permintaan gadis di hadapannya, Taeyeon menarik ujung-ujung kemejanya. Berusaha mengabaikan tatapan intens dari sepasang mata indah yang tengah menatapnya.

Gadis itu menghela napas. Menyadari permintaannya tidak akan terpenuhi. Dia menarik tangannya dengan tetap menatap Taeyeon.

“Apa yang kau lakukan di sini?”

“Dapatkah aku mempertanyakan hal yang sama?” Taeyeon bertanya tenang. “Apa yang kau lakukan di sini, Miyoung-ah?”

“Kau mencemaskan kembaranmu, huh?” Pertanyaan Tiffany membuat Taeyeon menatapnya dalam. “Cukup. Kau harus berhenti dari semua ini atau kita akan sama-sama akan mati.” Intonasi suara Tiffany terdengar berbeda.

“Aku tidak akan berhenti. Tidak, selama aku masih hidup. Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi dan bagian apa yang terpaksa membuatku harus terlupa selama ini.” Taeyeon menjawab dengan suara yang nyaris bergetar.

“Katakan padaku, bagian mana yang kau lupakan dengan sengaja dan bagian mana yang benar-benar terlupakan dengan tidak sengaja?”

“Haruskah?” Kali ini mata keduanya bertemu. “Aku tidak bisa mengingat apa-apa. Maaf.” Taeyeon melanjutkan langkahnya. Melawati bahu Tiffany dengan begitu saja. Sedikit pun tak menyadari bahwa mata indah gadis itu telah basah oleh air mata.

Jika suatu hari nanti aku benar-benar melepaskan apa yang selama ini kupertahankan, itu bukan karena kelelahan, tapi karena rasanya sudah terlalu sakit bahkan untuk sekedar menggenggam dengan kedua tangan. Aku sudah mati di saat aku memilih untuk melepaskan dan kau tidak tahu seperti apa rasanya berada di sisimu tapi tak dapat meraihmu. Ya, kuanggap kau tidak mengingatku. Sedikit pun kau tidak mengingatku.

Suara ponsel mengambil alih perhatiannya. Dirogohnya tas yang tersampir di bahunya. Matanya menyipit saat menemukan sebuah nama menghubunginya. Ya, satu nama yang tidak pernah lagi menghubunginya sejak beberapa tahun lalu.

Choi Sooyoung.

 

***

 

Tiga hari berlalu sejak hari di mana paket kiriman misterius diberikan pada Sooyoung, Taeyeon dan Yoona datang. Tidak terjadi apa-apa dan semua masih baik-baik saja. Apa yang tertulis dalam paket itu tak lebih dari ancaman kosong yang ditujukan pada ketiga The Breakers yang selama ini terkanel dengan perilakunya yang kerap mengobrak-abrik aturan kampus.

Siang ini Taeyeon berjalan limbung menuju sekretariat Breaking Point. Wajahnya tampak pucat. Sejak kemarin sore Taeyeon merasa ada yang tidak beres pada tubuhnya. Dia merasa panas-dingin dan lemas. Sejak kemarin pula tak ada sesuap nasi pun masuk ke dalam tubuhnya. Berulangkali dia telan, berulangkali pula dia muntahkan. Ibunya yang menelepon semalam sangat mengkhawatirkan keadaannya dan berniat menengok ke Seoul. Namun Taeyeon menolak dan mengatakan keadaannya akan membaik jika dia cukup istirahat. Kini lebih dari dua belas jam sejak telepon terakhir sang ibu, tak kunjung ada perubahan berarti pada Taeyeon. Tubuhnya demam dan berkeringat dingin, perutnya mual dan kepalanya terasa berputar.

Kini Taeyeon telah berada dalam ruang sekretariat Breaking Point. Tak seperti biasa, pada jam-jam perkuliahan seperti ini ruangan tampak senyap. Hanya ada dirinya dan Sooyoung yang tengah berada di dalam ruang editor. Taeyeon menaruh tas dan buku-buku di mejanya. Tangannya terangkat mengambil botol minumnya yang telah kosong. Terhuyung berjalan menuju dispenser. Namun belum sampai tangannya menyentuh dispenser, pandangannya menggelap.

 

***

 

Jarum jam semakin mendekati tengah malam. Sooyoung masih duduk di samping tempat tidur di mana Taeyeon terbaring. Tak jauh darinya, Jessica tampak sibuk mengganti kompres yang menempel di dahi Taeyeon. Tiga jam berlalu sejak saat terakhir Taeyeon membuka mata dan kembali bertengkar dengan Jessica yang memintanya menginap di rumah sang ayah selama dia sakit. Ya, Jessica yang mendengar kabar bahwa Taeyeon jatuh sakit dari sang Ibu diminta mendatangi apartemen Taeyeon yang berjarak cukup jauh dari rumah tinggalnya sore tadi. Namun kabar yang dia dengar langsung membawanya memacu mobil ke rumah sakit yang tak jauh dari kampusnya. Taeyeon pingsan, begitu kabar yang dia dengar dari Sooyoung.

Melihat keadaan Taeyeon yang lemah tanpa ada yang menjaga membuat Jessica meminta Taeyeon untuk sementara tinggal di rumah ayah mereka agar dapat beristirahat dengan lebih tenang. Namun Taeyeon bersikeras tetap di apartemennya dan menolak penawaran Jessica. Mereka kembali terlibat percekcokan. Beruntung ada Sooyoung yang mengambil alih situasi. Lewat bujukan Sooyoung, Taeyeon akhirnya mau untuk sementara tinggal bersama Jessica. Sekarang, akibat pengaruh obat yang disuntikkan di tubuh Taeyeon, dia telah tertidur.

Jessica menghela napas panjang sambil menatap wajah kembarannya yang masih pucat. Menurut diagnosis dokter, Taeyeon terkena gejala typus yang membuatnya harus bedrest selama beberapa hari di tempat tidur. Sebelum kembali menaruh handuk kompres di dahi Taeyeon, Jessica kembali menyapukan telapak tangannya di wajah Taeyeon. Demam Taeyeon belum juga turun.

“Taeng selalu tampak sedih setiap kali dia selesai bertengkar denganmu. Aku tahu dia menyesal telah membuatmu terlibat dalam masalahnya.” Sooyoung tersenyum tipis pada Jessica. Mencoba mengorek isi hati kembaran Taeyeon yang selama ini tak tersentuh. Persis dengan raut Taeyeon yang selalu dilihatnya setiap kali Taeyeon selesai bertengkar dengan Jessica. Taeyeon tidak pernah mengulas kehidupannya jika sudah berkaitan dengan Jessica.

Kali ini Jessica tersenyum. “Seberapa dalam kedekatan kalian?”

Sooyoung tertawa pelan dan menggeleng. “Anggaplah aku baby sitternya. Memang tak banyak yang tahu, tapi aku sudah memiliki kekasih dan bukan makhluk ini.” Tunjuknya pada Taeyeon.

Jawaban Sooyoung membuat Jessica mengerutkan dahi. Dia memang tidak pernah tahu siapa saja orang-orang yang berada di sekitar kembarannya. Tidak mau tahu, lebih tepatnya. Dan melihat seperti apa Sooyoung memperlakukan Taeyeon membuatnya yakin, walaupun tak ada ikatan antara Taeyeon dan Sooyoung, dia dapat melihat jika keduanya saling membutuhkan. Platonis.

“Sudah malam, Sica-ah. Aku pamit. Jika terjadi sesuatu padanya tolong segera kabari aku.” Sooyoung bangkit dari duduknya. Sekali lagi dia menatap wajah Taeyeon, kemudian mengangguk pada Jessica. Berpamitan.

Jessica berjalan mengikuti langkah Sooyoung. Mengantarnya hingga di depan pintu rumah.

“Boleh aku bertanya sesuatu?” Sooyoung yang sudah membuka pintu mobil mendadak menutupnya kembali. Dia berbalik dan menatap Jessica tepat di mata.

Jessica tak bersuara namun gesturnya mempersilahkan Sooyoung untuk bertanya.

“Kau menyayangi Taeyeon?” Selama sepersekian detik Sooyoung menangkap perubahan di raut wajah Jessica. Ada terkejut, sedih, kosong dan hampa dalam tatapan Jessica dan itu membuat Sooyoung merasa bersalah. Namun saat itu juga Sooyoung mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.

“Aku tidak memaksamu menjawab pertanyaanku. Maaf, jika aku terkesan ikut campur. Tapi kurasa sangat tidak sehat jika kalian terus seperti ini. Taeyeon membutuhkanmu. Jauh dari apa yang tampak dari pandangan matamu dan orang lain. Dia tidak setegar apa yang terlihat. Dia selalu membutuhkanmu. Hanya saja dia tidak tahu harus seperti apa mengatakannya padamu. Setidaknya kau tunjukkan padanya bahwa kau menyayanginya. Biarkan dia tahu jika dia tidak sendiri menghadapi semua ini.” Sooyoung tersenyum dan membuka pintu mobilnya.

“Aku pamit.” Tanpa menunggu respon Jessica, Sooyoung menyalakan mesin mobil dan melambaikan tangan.

 

***

 

“Mommy.. Dingin..” Igauan Taeyeon mengalihkan perhatian Jessica. Bibir Taeyeon memucat dan bergetar. Sejenak ditinggalkannya laptop yang sejak tadi mengambil alih konsentrasinya. Dia duduk di tepi tempat tidur dan mengecek keadaan Taeyeon. Sejak semalam hingga pagi ini, suhu tubuh Taeyeon bukannya menurun malah semakin meninggi.

Jessica mengusap lengan Taeyeon, “Taeyeon-ah, bangun.”

Taeyeon mengeliat. Berusaha membuka mata. Dahinya mengernyit sebelum membuka mata dengan sempurna.

“Kepalaku sakit.” Taeyeon mengeluh pelan. Dia berusaha duduk sambil memegangi kepalanya.

Jessica menghela napas melihat raut kesakitan di wajah Taeyeon.

“Kau harus makan. Sooyoung mengatakan padaku bahwa kemarin siang adalah terakhir kalinya kau makan. Jika kau biarkan perutmu kosong bagaimana kau akan sembuh?” Jessica menatap wajah Taeyeon.

“Aku mual.” Taeyeon duduk bersandar kepala tempat tidur sambil menarik selimut dengan warna favoritnya. Di luar hujan mengguyur deras dan membuat Taeyeon kedinginan meski Jessica sudah mematikan AC di kamarnya. Beberapa kali Taeyeon menarik napas dengan wajah menahan sakit.

“Makan dulu. Dokter juga sudah mengatakan agar kau menjaga makananmu. Jika kau seperti ini, kau hanya akan membuat Mommy cemas.” Taeyeon mengangkat wajah menatap kembarannya tepat di mata. “Sejak semalam sampai pagi ini, Mommy selalu menelepon menanyakan keadaanmu.”

Taeyeon diam.

“Aku ambilkan sarapan ya.” Jessica beranjak keluar kamar menuju dapur. Dibantu pelayan, Jessica menyiapkan sarapan dengan cepat dan kembali ke kamarnya.

“Taeyeon…” Wajah Jessica tampak kaget. Terburu dia meletakkan nampan sarapan di meja kerjanya dan menghampiri Taeyeon yang membungkuk muntah-muntah di westafel kamar mandi di dalam kamarnya.

Jessica berdiri di samping Taeyeon sambil bergantian memijat tengkuk dan mengusap punggung kembarannya. Sebelah tangan Jessica dengan cepat menyambar sebuah handuk dan memberikannya pada Taeyeon. Taeyeon mengeringkan wajahnya dengan handuk itu. Di sebelahnya Jessica memperhatikan gelagat Taeyeon. Wajah Taeyeon masih pucat, bahkan bibir Taeyeon berwarna kebiruan seperti orang yang tengah kedinginan. Napas Taeyeon bertambah berat dan terengah-engah seperti habis berlari atau bangun dari mimpi buruk.

“Aku harus taruh di mana handuknya?” Pertanyaan Taeyeon membuat Jessica tersadar. Tangannya terulur mengambil handuk di tangan Taeyeon dan menaruhnya kembali pada gantungan.

Taeyeon mengucapkan terima kasih dan berjalan pelan menuju tempat tidur. Tangannya memegang perut bagian kanan bawah yang terasa sakit sejak semalam. Jessica masih memperhatikan gerak-gerik Taeyeon dalam diam. Ada yang aneh dari gestur Taeyeon dan Jessica belum menyadari apa yang membuatnya terus memperhatikan Taeyeon. Taeyeon sudah kembali berbaring. Dia menarik selimut menutupi tubuhnya. Kembali merasa kedinginan dan-

“Ahh.. Sh*t!” Taeyeon mendesis lirih. Tubuhnya kaku dan dia langsung merubah posisi tidurnya. Meringkuk dengan sebelah tangan menekan dadanya kuat-kuat.

“Taeyeon-ah…” Jessica berusaha memperbaiki posisi Taeyeon. Dengan posisi meringkuk seperti itu yang terjadi justru Taeyeon akan semakin kesulitan bernapas.

Taeyeon berusaha berbicara namun tak ada suara yang keluar dari mulutnya.

“Kau bawa obatnya?” Jessica berusaha menenangkan diri dan membantu Taeyeon duduk agar aliran pernapasan Taeyeon menjadi lebih bebas.

Taeyeon menggeleng sambil menahan sakit. “Di… Apartemen…”

Jessica langsung menyambar ponselnya dan mencari nomor Sooyoung. Karena tak ada jawaban dari Sooyoung, Jessica hanya meninggalkan pesan singkat lalu kembali terfokus pada Taeyeon. Wajah Taeyeon semakin pucat. Jessica merasa waktu berjalan begitu lambat. Dalam hati Jessica merutuki dirinya yang meninggalkan kotak P3K miliknya di loker kampus. Padahal di dalam kotak itu terdapat sebuah tabung oksigen kecil yang dapat dia gunakan untuk memberikan pertolongan pertama pada Taeyeon.

“Hhh.. Hhh..” Napas Taeyeon terdengar satu-satu diantara keheningan mereka.

Satu hal yang sudah empat belas tahun lamanya tak pernah Jessica lakukan pada Taeyeon, Jessica mengulurkan tangannya dan merengkuh Taeyeon dalam pelukannya. Tanpa Jessica sadari, Taeyeon merasa nyaman dengan perlakuannya.

“Kita ke rumah sakit sekarang.” Putus Jessica sambil menggenggam tangan Taeyeon yang masih berusaha menekan dadanya. Perlahan, dia memapah Taeyeon menuju mobil yang terparkir di garasi. Dengan cepat Jessica memasang seat belt di tubuh Taeyeon dan memacu mobil ke rumah sakit terdekat.

Sialnya, karena hujan mengguyur deras sejak pagi, jalanan ibukota menjadi lebih padat. Kemacetan pun terjadi. Rumah sakit yang biasanya dapat ditempuh dalam waktu lima belas menit, hingga hampir setengah jam belum juga terlihat.

Jessica menoleh ke arah Taeyeon. Mata Taeyeon terpejam dengan bibir yang semakin membiru. Tubuhnya bersandar lemas di kursi mobil. Taeyeon sudah tak sadarkan diri.

“Taeyeon-ah! Taeyeon bangun!” Jessica memanggil Taeyeon keras. Tangannya menggoyang bahu Taeyeon namun tak ada reaksi. Jessica mengecek pergelangan tangan Taeyeon. Denyut Taeyeon melambat.

 

***

 

 

“Untung kau segera membawanya ke rumah sakit, Jessica. Syukurlah sekarang dia sudah siuman.”

Jessica menghela napas lega. Penjelasan dr. Kang, dosen sekaligus dokter rumah sakit mengenai keadaan Taeyeon membuatnya tenang. Berkat pertolongan cepat dari paramedis rumah sakit, Taeyeon yang sempat mengalami sesak napas akhirnya siuman. Masih segar dalam ingatannya bagaimana kepanikannya di mobil saat Taeyeon tak sadarkan diri. Bagaimana cepatnya jantung Jessica berdetak saat mengikuti langkah tergesa perawat yang mendorong brankar tempat Taeyeon terbaring menuju UGD. Napasnya tercekat melihat tubuh Taeyeon disuntikkan berbagai cairan obat dan wajahnya yang pucat tertutup face mask yang berembun tanda Taeyeon masih bernapas.

“Masih ada yang mau saya bicarakan denganmu, Jessica.” Raut wajah dr. Kang membuat Jessica mengerutkan dahi. “Apendiksitis. Taeyeon harus segera menjalani operasi pengangkatan apendiks.”

“Jadi, Taeyeon bukan cuma mengalami sesak napas dan gejala typhus?” Jantung Jessica berdegup semakin cepat.

Sang dokter menggeleng, “menurut hasil pemeriksaan peradangannya sudah cukup serius. Sepertinya Taeyeon sudah lama membiarkan ini. Paling lambat malam ini operasi harus segera dilakukan. Kau mengerti kan?”

Jessica mengangguk. “Saya akan segera menghubungi orang tua saya. Terima kasih.” Jessica pamit untuk segera menghubungi orang tuanya.

 

***

 

Taeyeon masih terbaring lemah di atas tempat tidur sebuah kamar rawat. Tertidur. Sebuah face mask oksigen masih membantunya bernapas. Dan jarum infus menusuk lengan kirinya sebagai pengganti cairan yang banyak Taeyeon keluarkan sejak kemarin.

“Sica..” Jessica menoleh dan mendapati Sooyoung berdiri di pintu kamar. Sooyoung mendekat dan membungkukkan badannya mencium kening Taeyeon.

“Bagaimana keadaannya?” Sooyoung menoleh menatap Jessica.

“Malam ini Taeyeon harus menjalani operasi mengangkatan apendiks.” Jessica bangkit dari kursi dan berjalan pindah ke sofa.

“Sampai separah itu?” Sooyoung mengerutkan dahi dan tak lama dia menepuk kepalanya. “Akhir-akhir ini dia memang sering mengeluh perutnya sakit, tapi kupikir itu karena maag biasa. Kalau saja aku tahu itu karena peradangan apendiks, sudah dari lama aku pasti akan menyeretnya ke rumah sakit.”

“Sudah berapa lama dia mengeluh sakit?” Jessica mengangkat wajahnya dari ponsel yang tadi mengambil alih perhatiannya.

Mata Sooyoung menerawang. Mencoba mengingat rentang waktu di mana Taeyeon mengeluhkan sakit pada perutnya. “Mmm.. Sekitar dua sampai tiga minggu ini.”

Ternyata sudah cukup lama, kening Jessica berkerut tampak memikirkan sesuatu. Dia menghela napas panjang saat menyadari bahwa Taeyeon akan berada dalam kondisi kritis jika tindakan medis tidak segera dilakukan.

 

***

 

“Tidak bisakah jika aku tidak perlu melakukan operasi?” Taeyeon berusaha duduk namun yang terjadi dia meringis kesakitan karena perutnya kembali terasa nyeri.

Jessica berdecak kesal namun tak urung tangannya terulur membantu Taeyeon menemukan posisi nyamannya.

“Kau masih berani menanyakan hal seperti itu di saat keadaanmu seperti ini?” Sorot mata Jessica menatap tajam. “Keadaanmu saat ini sangat lemah dan kau sendiri dapat merasakan sendiri bagaimana sakitnya. Aku tidak mau mengambil resiko jika menyangkut nyawamu. Sebentar lagi perawat akan datang untuk bantumu mengganti pakaian operasi.”

Raut wajah Taeyeon nampak tidak suka. Dia melepas face mask dan tangannya yang bebas terangkat hendak mencabut jarum infus. Namun tangan Jessica bergerak lebih cepat untuk mencegah keinginan Taeyeon.

“Kau boleh bertingkah sesuka hatimu tapi tidak di saat kau sedang bersamaku.” Suara Jessica terdengar lirih, “aku tidak mau melihatmu pergi.”

Taeyeon tertegun. Sosok di hadapannya tampak kabur. Taeyeon berusaha mencerna makna kalimat Jessica. Begitu ambigu. Terlalu ambigu dan Taeyeon terlalu lelah untuk menebak makna dari kata-kata itu.

Belum sempat Taeyeon merespon, suara pintu yang terbuka membuat Taeyeon dan Jessica serentak menoleh ke arah pintu. Dua sosok yang sangat dikenalnya masuk dengan raut cemas namun penuh kerinduan.

“Hai, Sayang.” Wonhee, ibu mereka mendekat dan mendekap Jessica erat. Kecupannya mendarat di kedua pipi dan kening Jessica. “Kau sehat?” tanyanya dengan tangan yang menyentuh pipi Jessica. Jessica mengangguk dan Wonhee kembali memeluknya. Sedangkan Seungwon, ayah mereka mendekati tempat tidur Taeyeon dan membungkuk mencium kening dan kedua pipi Taeyeon, sama seperti yang ibu mereka lakukan.

Are you okay, Dear?” tanyanya sambil mengusap kepala Taeyeon.

I’m sick but I’ll be fine, Dad.” Taeyeon menjawab pertanyaan itu dengan tersenyum lebar.

“Jam berapa operasinya dilaksanakan, Sayang?” tanya lelaki paruh baya itu pada Jessica. Tangannya menarik putri sulungnya dan mendaratkan kecupannya di pipi dan kening Jessica. Dia mengajak Jessica duduk di sofa dan membiarkan mantan istrinya untuk menemani Taeyeon.

Jessica melirik arlojinya.

“Mungkin sebentar lagi akan ada perawat yang datang untuk memindahkan Taeyeon ke ruang operasi.”

“Kau yang menemani Taetae sejak tadi?” Seungwon menatap lurus ke arah Taeyeon dan mantan istrinya.

“Apa Daddy melihat ada orang lain selain aku?” Pertanyaan Jessica membuat lelaki itu tersenyum. Jessica bak duplikat mantan istrinya. Apa yang keluar dari bibirnya adalah apa yang biasa dia ucapkan. Gaya sarkastik yang tajam.

“Tadi ada beberapa teman Taeyeon datang. Tapi Taeyeon masih tidur. Dia belum lama terbangun. Soojung sempat menelepon namun dia masih belum dapat meninggalkan Tokyo. Masih ada tugas sekolah yang belum dia selesaikan.” Jessica melanjutkan dengan tenang. Tak terganggu oleh pertanyaan ayahnya.

“Kau dan Taetae baik-baik saja kan?” Lelaki itu bertanya dengan pandangan menyelidik. Ada yang janggal dengan tingkah kedua putrinya ini.

Jessica tertawa pelan, “apa Daddy melihat aku dan Taeyeon bertengkar?” Jessica mengeluarkan serangan balasan yang membuat ayahnya diam. “Daddy dan Mommy bertemu di mana? Di lobby?” Jessica mengubah topik pembicaraan.

“Daddy jemput Mommy di bandara.” Ayahnya menjawab santai sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.

Tingkah ayahnya membuat Jessica berpikir. Apa sebenarnya yang membuat kedua orang tuanya berpisah? Padahal sudah empat belas tahun berlalu dan keduanya masih tampak asyik sendiri, tanpa pendamping lain. Dan jika keduanya bertemu, masih tampak begitu intim layaknya suami istri meski terkadang Jessica menangkap ibunya seringkali menghindar dari ayahnya. Jessica dapat melihat bahwa kelakuan ayahnya yang begitu terbuka, ekspresif dan suka berdebat menurun pada Taeyeon. Sedangkan dia adalah duplikat sang ibu. Tenang, introvert dan unpredictable.

“Maaf, sudah saatnya pasien dipindahkan ke ruang operasi.” Suara seorang perawat memecah keheningan. Di belakangnya sebuah tempat tidur dorong siap digunakan. Saat itu juga tirai di sekitar tempat tidur Taeyeon ditutup dan tempat tidur dorong itu berada di sebelah tempat tidur Taeyeon.

Mendadak jantung Jessica berdegup kencang. Dia merasa gelisah. Kegelisahan yang baru pertama kali dirasakannya. Kegelisahan yang tidak dia tahu kenapa mendadak muncul dalam ketenangannya.

Beberapa menit kemudian tirai itu terbuka. Taeyeon telah berganti baju operasi dan telah berbaring di tempat tidur dorong. Tubuhnya tertutup sebuah selimut. Salah seorang perawat memindahkan kantong infus ke tiang yang tersambung dengan tempat tidur dorong lalu berbicara pada ibunya. Membuat mata Wonhee terarah pada Seungwon. Seolah membaca arti tatapan mantan istrinya, lelaki itu berjalan mendekat dan memposisikan diri di sebelah mantan istrinya yang masih menggenggam tangan Taeyeon. Di belakangnya Jessica mengikuti. Bertiga mereka berjalan menuju ruang operasi.

“Maaf, keluarga pasien hanya bisa mengantar sampai di sini.” Perawat tersenyum dan mengangguk. Memberi kesempatan untuk keluarga pasien berbicara dengan pasien.

“Yang kuat ya, Sayang. Mommy dan Daddy akan menunggumu di sini.” Wonhee menunduk mencium kening Taeyeon.

“Yes, Mom. I’ll be okay. Promise.” Taeyeon selalu berusaha membuat kedua orang tuanya tenang sekalipun di saat dirinya sendiri sedang tidak tenang. Seungwon pun ikut menunduk mencium kening Taeyeon. Perlahan dia mundur dan merangkul mantan istrinya untuk duduk di jajaran bangku tak jauh dari depan ruang operasi. Meninggalkan Jessica yang kini berhadapan dengan Taeyeon. Keduanya bertatapan. Tanpa kata. Diam-diam keduanya menarik napas perlahan.

Get well soon.” Jessica berucap lirih lalu bersiap untuk berbalik. Namun tangan Taeyeon bergerak lebih cepat menangkap pergelangan tangan Jessica. Menahannya agar tidak melanjutkan langkahnya.

“Hmm.. Get well soon?” Taeyeon tersenyum jahil. “Apa kau tidak memiliki kata-kata yang lebih romantis untukku? Hhhh.. Apa kau tidak takut jika ini akan jadi pembicaraan kita yang terakhir? Setidaknya semangati aku. Aku akan terbaring di meja operasi. Teranastesi. Jika nanti aku tidak terbangun lagi bagaimana?” Taeyeon menyerocos tanpa henti. Napasnya agak terengah menahan nyeri yang semakin mengambil alih kesadarannya.

Sakit sekali? Karena itu berhenti, Taeyeon-ah. Jangan bicara lagi. Aku tahu itu pasti sakit. Jessica tetap pada ekspresinya. Datar dan tanpa suara.

Beberapa detik Taeyeon menunggu namun tak ada respon dari Jessica.

Gosh! Tuhanku.. Kembaranku benar-benar keras kepala.” Taeyeon tersenyum tipis. “Stay with me. Aku mau melihatmu saat aku sadar nanti.”

Detik itu juga mata Taeyeon terpejam. Pegangannya pada Jessica terlepas. Jessica tersentak menyadari apa yang terjadi. Salah seorang perawat langsung memberi bantuan pernapasan melalui face mask. Dan saat Jessica ingin meraih tangan Taeyeon, paramedis telah mendorong tempat tidur itu dalam ruang operasi.

Jessica mengusap wajahnya. Tak dapat dipungkiri saat ini dia gelisah.

 

***

 

Lampu operasi telah menyala. Taeyeon terbaring di meja operasi dengan berbagai peralatan kedokteran terhubung di tubuhnya. Kepalanya terbungkus penutup kepala. Salah seorang dokter anastesi berdiri di dekat kepalanya. Mengamati setiap perubahan pada bagian vital tubuh Taeyeon melalui monitor yang terus berbunyi seiring dengan laju denyut jantung Taeyeon. Satu jam berlalu sudah dan paramedis masih berdiri mengelilinginya. Kain yang menutupi tubuhnya telah basah oleh darah. Paramedis tengah menjahit luka bekas sayatan yang mereka buat untuk mengangkat apendiks yang tengah meradang. Setelah terjahit rapi, luka itu ditutup dengan perban.

Operasi hampir selesai saat tiba-tiba keadaan Taeyeon melemah. Napasnya menjadi berat dan terengah. Taeyeon setengah sadar saat paramedis memasukkan sebuah selang melalui mulutnya. Tubuhnya terasa lemas. Dia muntah saat selang tersebut melewati tenggorokannya. Paramedis mencabut selang tersebut dan menggantinya dengan selang lain untuk menghisap cairan yang Taeyeon muntahkan. Salah seorang paramedis membersihkan mulutnya. Samar, Taeyeon melihat gerak bibir yang tengah berbicara padanya.

Bernapaslah, Nak! Namun Taeyeon tak dapat mendengar apa-apa. Napasnya tercekat. Dia begitu tersiksa karena mulutnya kembali dimasukkan selang.

Taetae, bernapas. Terus bernapas… Kau harus kuat! Suara Jessica terdengar jelas di telinga Taeyeon. Taeyeon menurut. Dia berusaha bernapas meski dadanya terasa sakit. Namun dalam hitungan detik, Taeyeon sudah tidak merasakan apa-apa.

 

***

 

“Duduklah. Apa kau tidak pegal menunggu operasi Taeyeon selesai dengan terus berdiri seperti ini?” Sooyoung berdiri bersidekap di sebelah Jessica.

Jessica tak bergeming. Sooyoung bahkan yakin, Jessica tak mendengar suaranya. Sooyoung menunduk. Wajah Jessica tampak pucat. Napasnya terengah halus.

“Hei, are you okay?” Sooyoung meraih tangan Jessica. Keadaan Jessica cukup mencemaskan di matanya. Tangan Jessica begitu dingin dan pucat.

“Taeyeon…” Desis Jessica. “Dia tidak bisa bernapas.”

Sooyoung tersentak. Kata-kata Jessica diucapkan dengan kekhawatiran yang belum pernah Sooyoung lihat sebelumnya.

“Aku..” Jessica tak jadi melanjutkan kata-katanya. Ragu. Namun tatapan Sooyoung meyakinkannya untuk melanjutkan. “Sekelebat aku melihat Taeyeon. Kesakitan. Sesak. Lebih kesakitan daripada saat sesak napasnya kambuh.” Jessica mengusap wajahnya.

“Taeyeon pasti kuat. Ini adalah operasi kecil dengan resiko kematian yang rendah. Kau pasti mengetahui hal ini lebih daripada aku, Bu Dokter?” Sooyoung tersenyum menenangkan.

Detik itu seorang dokter keluar dari ruang operasi. Membuat kedua orangtuanya segera bangkit dan menghampiri.

“Bagaimana keadaan anak kami?” Seungwon merangkul mantan istrinya. Bertanya dengan penuh kecemasan.

“Operasinya berhasil meski tadi Taeyeon sempat kritis karena saluran pernapasannya terganggu.” Wajah kedua orang tua itu menegang mendengar penjelasan dokter. “Tapi sekarang keadaannya berangsur membaik. Saat ini dia masih dalam keadaaan teranastesi dan membutuhkan alat bantu napas paling tidak sampai dia sadar. Orang tuanya dapat menemaninya di ruang rawat.” Dokter itu undur diri bersamaan dengan pintu ruang operasi yang terbuka.

Beberapa perawat mendorong tempat tidur di mana Taeyeon terbaring. Tubuh Taeyeon tertutup selimut sampai di batas leher. Sebuah face mask menutupi sebagian wajahnya sebagai bantuan pernapasan. Kantong infus masih tergantung pada tiang di samping tempat tidur. Wajah Taeyeon tampak tenang. Kedua orangtuanya berjalan mengikuti. Melihat itu Sooyoung pun bangkit. Menoleh menatap gadis yang masi duduk di kursinya. Menunggu respon Jessica.

“Kau duluan saja. Aku masih mau di sini.” Ucapnya tenang.

Sooyoung mengangguk. Baru beberapa langkah Sooyoung kembali menengok. Jessica duduk bersandar pada bangku dengan mata terpejam.

Thanks, God.. ” Ucap Jessica lirih dan Sooyoung mendengarnya dengan sangat jelas.

 

***

 

“Tidak apa-apa, Jessica. Taeyeon akan baik-baik saja jika kau bersamanya.” Dokter Kang tersenyum saat Jessica menemuinya usai perkuliahan. “Saya sarankan agar dia lebih menjaga kesehatannya. Dari riwayat kesehatan yang saya baca, dia cukup sering mengalami sesak napas menyerupai astma dan itu harus diwaspadai. Jika kambuh dan terlambat ditangani dapat memicu kematian. Saya takut ada penyebab lain yang akan mempengaruhi keadaan Taeyeon.” Dokter Kang menyerahkan map cokelat besar dari dalam tasnya.

“Apa keadaan Taeyeon mengkhawatirkan?”

“Asalkan dia bisa lebih menjaga dirinya, saya rasa Taeyeon akan baik-baik saja.” Dokter Kang tersenyum menenangkan.

Tak lama dokter sekaligus dosen Jessica itu meninggalkan kelas.

“Apa keadaan Taeyeon sudah lebih baik?” Jessica mengangkat wajahnya dan mendapati Yuri berdiri di hadapannya. Sebelah tangannya memegang tali tas yang disampirkan di bahunya.

“Baik.” Jessica menjawab pendek.

Melihat gelagat Jessica yang tidak ingin berbagi, Yuri tak peduli. Mungkin inilah saatnya dia terang-terangan menunjukkan ketertarikannya.

“Apa aku dapat menengoknya?” Pertanyaan Yuri membuat Jessica terdiam sesaat.

“VVIP 397.”

Jessica pun berlalu dari hadapan Yuri.

“Hei, tunggu.” Yuri menangkap tangan Jessica dan dengan segera berdiri di hadapannya. Mendapat tatapan dingin dari Jessica membuat Yuri menelan ludah. “Dapatkah aku menengoknya bersama-sama denganmu?”

Pardon?” Jessica merasa terusik.

“Kau.. Dan aku..” Yuri menunjuk Jessica dan dirinya. “Bisakah kita menengoknya bersama?” Yuri menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sejujurnya dia bingung bagaimana harus bersikap di hadapan Jessica.

“Bukankah kau dan dia bersahabat baik?” Pertanyaan Jessica semakin memojokkan Yuri. Kini Yuri kehabisan kata-kata. Meliat perubahan di wajah Yuri membuat Jessica kembali buka suara.

“Aku bisa mengantarmu sampai ke depan kamarnya. Aku masih ada meeting sore ini, Yuri-ah.” Jessica melirik ke arah tangannya yang masih berada dalam genggaman Yuri.

“Maaf.” Yuri tersenyum canggung dan refleks melepaskan genggamannya. “Kalau kau memang diburu waktu biar nanti aku menengoknya bersama Sunny.” Meski berat akhirnya Yuri mengalah.

Good then.” Jessica merespon pendek dan melanjutkan langkahnya. Meninggalkan Yuri yang menggerutu pelan menyesali tindakannya.

“Gagal lagi?” Yuri tersentak mendengar satu suara yang muncul di sebelahnya. Dilihatnya Tiffany menyeringai jahil di sebelah Yuri.

“Aku tidak pernah merasakan gugup seperti ini sebelumnya.” Yuri menendang sebuah kaleng bekas minuman hingga terdengar bunyi berisik yang membuatnya mendapat lirikan kesal dari sekitarnya.

Tiffany tertawa dan menepuk punggung Yuri. Berjalan mendahului dan duduk di salah satu bangku taman.

“Kau hanya tidak terbiasa dengan sikap dingin, Yuri-ah. Anggaplah sebagai bentuk saling melengkapi. Kau tidak pernah jatuh cinta pada gadis yang sulit ditaklukan sebelumnya. Coba kau lihat! Gadis-gadismu yang sebelumnya selalu berlomba-lomba menarik perhatianmu dan bukan sebaliknya. Baru kali ini kan kau mengejar sebuah cinta?”

Pertanyaan Tiffany membuat Yuri tercenung. Tiffany benar. Dia belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Biasanya para gadis yang mendekatinya lebih dulu hingga peresmian hubungan yang Yuri lakukan tak lebih dari sekedar bentuk formalitas yang sudah Yuri prediksi jawabannya. Namun Yuri lebih tercenung karena Tiffany yang mengatakan hal itu. Membuat Yuri tersenyum tipis dan menoleh kepadanya.

“Maukah kau menemaniku menjenguk Taeyeon? Kau pasti sudah mendengar jika dia baru saja menjalani operasi.”

Nope. Aku tidak mau. Cari saja orang lain untuk menemanimu.” Tiffany berdiri dan berjalan menjauhi Yuri. Meninggalkan hela napas panjang dari Yuri menyadari bahwa apa yang terjadi saat ini sangat jauh dari cerita yang akan berakhir sampai di sini.

 

***

 

“Kau diperbolehkan pulang lebih cepat dengan catatan bedrest yang benar.” Jessica menyodorkan segelas air pada Taeyeon yang baru saja menyelesaikan makan malamnya. “Kau tidur bersamaku agar aku bisa tahu jika sesuatu terjadi padamu.”

Taeyeon memicingkan mata. Tanpa banyak komentar dia mengangguk. Baru saja dia akan kembali merebahkan diri, sesak napas kembali menyerangnya. Dia terbatuk beberapa kali dan membuat perhatian Jessica kembali terpaku padanya. Taeyeon menekan dadanya kuat-kuat. Wajahnya memucat. Jessica segera membuka kotak inhalasi dan mendekatkan corong tabung obat di mulut Taeyeon. Setelah beberapa kali menghirup obat dari inhealer, napas Taeyeon berangsur normal. Meski begitu keadaan Taeyeon justru terlihat semakin lemah.

“Kita ke rumah sakit lagi saja ya? Keadaanmu kembali menurun gini.” Jessica membantu Taeyeon untuk kembali berbaring. Telapak tangannya menggenggam erat telapak tangan Taeyeon yang mendadak dingin dan berkeringat. “Sebentar, aku akan mengabarkan keadaanmu pada Mommy.”

Taeyeon menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

“Jangan membuat Mommy cemas. Mommy baru kembali ke Jepang sore tadi. Jangan membuatnya kembali ke Seoul dalam waktu kurang dari 24 jam.”

Jessica termangu namun mengiyakan apa yang Taeyeon katakan. Dia tak membayangkan apa yang terjadi dengan Taeyeon jika serangan ini terjadi saat dia sedang sendirian di apartemennya.

“Kau tidak perlu memikirkan apa-apa. Aku bisa jaga diri.” Seolah bisa membaca pikiran Jessica, Taeyeon mencoba menenangkan.

“Kau benar-benar percaya diri. Aku tidak memikirkan apa-apa. Lagipula apa pun yang kau lakukan adalah urusanmu. Aku tidak tertarik untuk ikut campur.” Jessica menjawab dingin pernyataan Taeyeon. Tangannya dengan cepat membereskan bekas makan Taeyeon dan dia pun keluar kamar.

Taeyeon tersenyum tipis. Sikap dingin Jessica selama ini membuatnya tertantang. Dia ingin menguji sejauh mana kembarannya bersikap dingin padanya atau… Mendadak sorot matanya meredup. Sesuatu mendadak mengusik pikirannya. Selama dia dirawat pasca operasi, dia tak pernah menemukan Jessica. Sejak dia terbebas dari bius yang dia temui hanya kedua orang tuanya. Juga beberapa teman yang menjenguknya. Jessica tidak ada. Taeyeon baru melihat Jessica saat dia keluar dari rumah sakit pagi tadi. Itu pun di lobby rumah sakit, bukan di dalam kamar rawatnya. Mungkinkah Jessica benar-benar tak peduli padanya? Atau bahkan membencinya?

Memikirkan itu mendadak kepala Taeyeon terasa pening. Entah kenapa Jessica begitu memenuhi pikirannya bahkan mempengaruhi perasaannya. Dia pun memutuskan untuk kembali berbaring. Mungkin dengan tidur, keesokan hari perasaannya bisa lebih baik. Mengingat udara begitu dingin, tangan Taeyeon terulur mengambil selimut yang berada di ujung tempat tidur. Tak tergapai. Taeyeon berdecak kesal, lukanya membuatnya tak dapat bergerak bebas. Namun tak urung dia bergeser agar posisi tangannya dapat mengambil selimut. Dengan posisinya yang agak membungkuk seperti mencium lutut ini membuat Taeyeon meringis sakit. Bekas operasinya terasa nyut-nyutan. Namun Taeyeon tersenyum saat tangannya berhasil menggapai selimut, tanpa dia sadari dengan posisi seperti itu membuat keseimbangannya hilang. Tubuhnya miring dan detik itu juga Taeyeon menyadari bahaya yang mengancamnya. Taeyeon pun pasrah jika tubuhnya harus tergeletak di lantai yang dingin. Detik berjalan begitu cepat. Belum sampai tubuh Taeyeon menghajar lantai keramik, sebuah tangan menahan tubuhnya. Merangkulnya lembut namun protektif.

Jessica.

“Bekas jahitanmu bisa terbuka jika tadi kau benar-benar jatuh.” Jessica membantu Taeyeon kembali berbaring dan menyelimutinya. Diam-diam Jessica menarik napas lega. Dia datang di saat yang tepat. Kali ini Taeyeon tak menjawab. Pikirannya masih terusik oleh suara-suara di kepalanya yang sejak tadi membicarakan Jessica. Jessica yang menyadari kebisuan Taeyeon menatap kembarannya. Ikut diam. Dan Taeyeon tak suka keheningan ini.

“Kapan aku boleh kembali ke kampus?” Taeyeon membuka percakapan.

“Satu minggu lagi.” Jessica menjawab pendek.

Taeyeon mengerutkan dahi. Satu minggu?? Itu sama saja menyuruhnya menghabiskan waktu hanya untuk beristirahat. Belum lagi ditambah dengan kemungkinannya untuk terus bersama kembarannya selama satu minggu ke depan. Itu menar-benar membuatnya tidak tenang.

“Apa tidak bisa besok?” Pertanyaan Taeyeon membuat Jessica melotot.

Bagaimana tidak?

Pertama, Taeyeon memaksa keluar dari rumah sakit pada hari kedua. Padahal dokter menyuruhnya untuk rawat inap selama satu minggu. Kedua, setelah dibolehkan pulang lebih cepat, Taeyeon memilih kembali ke apartemennya dan malah menyuruh kedua orang tuanya kembali ke Jepang dan New York. Tentu saja hal itu nyaris membuat ibunya memarahinya kalau saja ayahnya tidak keburu menenangkan dan memberikan Taeyeon pilihan. Kedua orang tuanya akan pulang, asalkan Taeyeon mau untuk tinggal bersama Jessica selama masa pemulihat. Jika Taeyeon tidak menerimanya, jangan harap dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Kali ini Taeyeon menyerah. Dan malam ini, pada hari yang sama, Taeyeon kembali berulah.

Jessica menggeleng tegas.

“Aku tidak akan ikut campur dengan apa pun urusanmu. Tapi tolong, untuk kali ini bersikaplah dewasa. Kalau sampai kau memaksakan diri, yang terjadi keadaanmu hanya akan semakin memburuk.”

“Dengan absennya aku beberapa hari ini, aku sudah meninggalkan banyak deadline di Breaking Point. Aku hanya memikirkan tanggung jawabku di sana. The Breakers pasti kekurangan orang untuk mencari berita. Saat Kyuhyun Oppa sedang ke luar kota, aku malah sakit.” Taeyeon menghela napas panjang. Kegelisahan begitu tampak di wajahnya.

“Apa kau tidak lelah huh? Kau mudah sesak napas dan itu berarti kau tidak boleh berada di tempat-tempat yang berdebu, kotor, dan dingin. Apa yang kau lakukan itu tidak realistis. Mempertaruhkan nama dan nyawa demi sebuah berita.” Sorot mata Jessica tak terbaca. Entah cemas atau itulah sorot mata yang sama dengan civitas akademika pembenci Breaking Point. Apalagi selama ini Jessica cukup dikenal sebagai salah satu civitas akademika yang tidak peduli dengan apa yang terjadi di kampus selain tanggung jawab untuk duduk di kursi Dewan Kehormatan yang diturunkan langsung oleh ayahnya selaku salah seorang donatur di kampusnya. Namun malam ini Taeyeon sudah terlalu lelah untuk menebak.

“Kau lihat sendiri aku masih hidup sampai sekarang. Aku mungkin lemah, tapi aku akan baik-baik saja.” Bibir pucat Taeyeon menyunggingkan senyum. “Itu kan, bedanya kita? Fisikmu lebih kuat daripada aku. Dari dulu.” Taeyeon pun memejamkan matanya.

Jessica diam menunggui hingga Taeyeon tertidur lelap. Sangat perlahan dia membungkukkan tubuhnya dan mencium kening kembarannya.

“Aku menyadari itu. Sejak dulu. Kau yang membuatku sangat ingin menjadi dokter. Sejak kecil aku tidak pernah tega melihatmu sakit, apalagi sampai ditusuk jarum infus dan menangis kesakitan. Sejak aku sudah tidak bisa menemukanmu lagi saat aku membuka mata, aku selalu berdoa agar kau, Mommy, dan Soojung baik-baik saja, Taetae.” Jessica mengusap matanya yang basah. Satu sisi rapuh yang sangat jarang dia perlihatkan kini tergambar jelas di hadapan Taeyeon yang telah tertidur tenang.

 

***

 

TBC

 

 

Selamat menikmati!!!

Happy Reading!!!

Sampai jumpa!!!

Peace… Love… and… Kewl!!! ^^

 

 

 

43 Comments (+add yours?)

  1. kiki_iqiw
    Oct 12, 2014 @ 11:34:59

    huuh complex bgtlah ..
    tp iini keren bgt ceritanyaa

    kakak kapan VV update lagi udh kangen bgt nih

    Reply

  2. sherinkustanto
    Oct 12, 2014 @ 12:54:10

    Taengsic…..
    Sica malu2 nihh wkwkwk
    Tae jgn bandel yaa entar sakit lagi
    Lanjut thor

    Reply

  3. hutamikim93
    Oct 12, 2014 @ 13:22:34

    ah kisah persaudaraan yang mengharukan :’)
    coba aja jessica terang-terangan perhatiin taeyeon, terang-terangan bilang kalo dia sayang taeyeon.. pasti indah deh kisah persaudaraan mereka aahhhh :”)

    Reply

  4. kikyo86
    Oct 12, 2014 @ 15:08:58

    Love it..ceritanya tambah menarik

    Reply

  5. nita
    Oct 12, 2014 @ 15:16:44

    jessica sebenernya sayang banged ya sama taeyeon cuma engga mau mengakuinya langsung
    mengharukan persaudaraan mereka ini

    Reply

  6. cococolate
    Oct 12, 2014 @ 17:15:09

    Terharu sama persaudaraan the jungs haha:” ya walau sica rada rada jaim tapi sayang sama tae. Masih penasaran sama peran tiffany 😐 apakah tiff, berbalik kontras dan menimbulkan konflik dengan dua jungs? Hmm
    Ini sekarang sistemnya dipost seminggu sekali ya?._. Haha mayanlahh:))

    Reply

  7. @4051_taenggo
    Oct 12, 2014 @ 18:00:21

    kak kangen vv

    Reply

  8. initial_D
    Oct 12, 2014 @ 18:19:23

    Ak lbh suka taeng sakit kalo gitu biar the jungs kembar itu gak lg perang dingin dn cepet berdamai…
    =D
    Taeny??mreka pny masa lalu spt apa??
    Kayaknya itu bener2 complicated dn berhubungan dgn smua konflik yg terjadi…
    Ehh…gw gak berani nebak2 deh takut salah…
    Hahahahaha
    Smangat kak buat next chap…
    ^^

    Reply

  9. itha
    Oct 12, 2014 @ 18:56:29

    Deabak…full moment taengsic…..

    Reply

  10. TS07
    Oct 12, 2014 @ 19:48:40

    Ini yg bkin gue lbih suka BP dri pda VV, ngga trlalu rumit dan dramanya dapet bgt. Taengsic gue knpa mslahnya kelat-kelit gni? Hal apa sih yg buat sica membatasi setiap sikap ama raut wajahnya sama taetae? Yg bkin hbngan mereka merenggang masih blum ketauan, update soon ka..

    Reply

  11. cloudy
    Oct 12, 2014 @ 21:00:52

    aaaaaahhhhh akhirnya bisa comment!!! cek cek 😀
    aku sukaaaaaaaaaa chapter ini!!! interaksi si kembar ajib banget!!! si kakak cemas sama si adik tapi gengsi, jjang pokoknya! tolong jaga adik ya, kak hehehe…
    chankan!!! miyoung sama tae ada apa sih????
    teror bukan pepesan kosong cuma belum waktunya tayang aja ya kak Aish 😀
    ditunggu segera BP 7 sama anak galau Kak Aish (tetep) hahaha…..

    Reply

  12. kyril fadillah
    Oct 12, 2014 @ 21:19:11

    biasanya sica yg keras kepala tapi sekarang taeyeon sikap keras kepalanya melebihi sica dan walaupun masih sakit pasca operasi tapi masih sempat memikirkan BP tanpa peduli bagaiman cemasnya dan takutnya sica ketika taeyeon sakit
    lanjut lagi thor ceritanya bagus dan kapan VV dilanjut lagi

    Reply

  13. tiwihn
    Oct 12, 2014 @ 23:17:10

    mantap lah ceritanya.. pasti taeny mantanan..#soktaubangetgue.. hehe
    lanjut kaka author. . 😀

    Reply

  14. novie
    Oct 13, 2014 @ 01:03:42

    kenapa harus malu2 mengungkapkan rassa sayang mu sicca onnie?? sosweet moment banget kk… banyak2 banyak aja scene kyak gini.

    btw, vv kapan update kak?

    Reply

  15. Fadila
    Oct 13, 2014 @ 09:21:26

    Tae alasan sica jadi dokter, jaim tpi perhatian..yul semangat trs biar dptin sicanya..:-D

    Reply

  16. nirma
    Oct 13, 2014 @ 11:34:08

    Moment taengsic nya manis n mengharukan, berharap hubungan mreka menjadi lebih baik lg n saling terbuka satu sm lain 🙂

    Reply

  17. dhika
    Oct 13, 2014 @ 13:03:53

    Kereeeen. Jangan smpe taesic terpisah. Jess ternyata sayang bgt sama taetae sayang bgt. Taesic ini saling menjaga scara diam2 cuman tae lbih frontal. Di bp ini ak bisa lupain taeny. Pinginnya taesic tetep gni… Taeny punya masa lalu yg berat kyaknya. Taesic jjang

    Reply

  18. dedewkim
    Oct 13, 2014 @ 15:54:36

    sisi persaudaraan yg berbada… daebak lah… sica diam” perhatian bgt sma tae.. trus yg taeny… masih bingung dsni… apa mreka prnah apa gitu… atau pernah ginii.. rrrrrrr sulit emg… buat yuri… jangan lengah buat dptin sica… cieh.. xixixi

    Reply

  19. Vanilla
    Oct 13, 2014 @ 21:00:32

    Sukaaa bgt sm cp ini,full taengsic!!! ><

    Reply

  20. kimbluezzy
    Oct 14, 2014 @ 13:50:23

    Complicated. Tapi suka banget!
    Hahaha dari dulu kepengen ada ff yg TaengSicnya saudaraan gini dan disini mereka kembar . Idaman bangetlah

    Reply

  21. Kwonjung kimhwang Deka Liu
    Oct 14, 2014 @ 14:37:16

    Annyeong,,
    Hahhahaha sica jaim nya tingkat dewa klw syng ngaku aj,,ngak ush sok ngak pdli,,kn taetae jd slh fham t mkir nya,,,,
    yuri mngjr cnta it sbuah ke ajaiban bysa nya d kjr2 cnta skrng dia yg mngjr cnta ptri es wkwkwkwkwk,,,,

    Reply

  22. RZ
    Oct 15, 2014 @ 05:28:11

    aaauu sweet banget chap ini….hampir semuanya moment taengsic..aigooo~ sica yaa, jangan gengsi sih sama kembarannya..tapi mulai ada progress nih klo taengsic bisa mulai memperbaiki hubungan. hemmm baikan dong.
    wkwkwkwk, seorang player kayak yuri cuma mati kutu di hadapan jessica tp bukan kwongul namanya kalo gak bisa mencairkan gunung es. 😀
    penasaran sama tiff, apa dy mantan taeyeon ya? dan sepertinya mrka berpisah dgn tidak baik2..

    Reply

  23. namkinh
    Oct 15, 2014 @ 05:32:42

    Annyeong thor new reader imnida..
    Slm knal yaa
    Ak blm bca part” sblmx jdi ak blm bsa comment apa”… Izin bca yg lain ya thor..
    Oh ya, ak liat” di list ff mu yg lain, yg comment di ff mu makin mnurun yaa thor
    tpi ak hrap author gk ptah smangat buat lanjutin critax cz bgus bngt critax n cara pnyampaianx.. Terus smangat ya thor,, Hwaiting!

    Reply

  24. childchoding
    Oct 15, 2014 @ 19:48:12

    sica tuh tetep ja dingin tapi khawatir..ga mau apa nunjukin perhatian yg terang-terangan sama tae
    kasian bgt tae gws unnie
    makin seru ni ff
    masih bolak balik ni wp buat nunggu vv
    di ff kali ni ada sedikit typo ka tp gpp kok
    semangat kakak

    Reply

  25. Dodo
    Oct 16, 2014 @ 18:08:24

    ( ∩_∩ )づ Ħăiii˚

    Part ini adl part yg paling…saya suka…krn banyak moment taesica,saat membaca cerita ini saya merasa sedih (˘̩̩̩.˘̩ƪ) , krn moment kyk gini di kehidupan nyata gak mgkin ada lageee (˘̩̩̩.˘̩ƪ). Jessica udah keluar dari SNSD mau melihat moment mereka lage udah gak mgkin lage,walaupun mau lihat hny bisa melihat video2 lama mereka di youtube (∩_∩) ,apalage kamu merekomendasikan lagu Divine sambil membaca part 6 ini, sambil membaca terasa hati sakit sekali (˘̩̩̩.˘̩ƪ) ,sakit krn snsd hrs menjadi 8 org (˘̩̩̩.˘̩ƪ)

    Seperti yg di perkirakan klo jessica sangat peduli ama tae,hny aja dia tdk mau memperlihatkan nya (∩_∩) ,saya penasaran ama hubungan tae dan fany ? Apa mereka punya masalah yg tdk di ketahui ? Apa fany ada hubungan dgn trauma tae selama ini,tae tdk suka org menyentuh pala nya,krn ini akan mengingatkan masalah lalu nya ?

    Sip….sempurna (∩_∩)

    Reply

  26. firdals
    Oct 16, 2014 @ 20:06:07

    waaawwww taengsic careee banget huhu
    kaka mana taenynya nunggu moment taeny banget nih 😀

    Reply

  27. intan_lee
    Oct 16, 2014 @ 21:12:53

    ciyee jessie rela jadi dokter demi taetae…
    thor vv buruan apdet dong kangen nih hehe

    Reply

  28. deerIce
    Oct 18, 2014 @ 15:10:59

    duhh kakk.. loe buat gue mewekk… walaupun awalnya gue brharap nih bkal jdi ff Taengsic, tpi klo loe buat kyak gni critanya, gpplah Taeny ama Yulsic lgi… hahaha keep writing ^-^) 9

    Reply

  29. namida sigumakamada
    Oct 18, 2014 @ 22:31:33

    taeng ksian amat skitnya sampe hrus d oprasi..sica tunjukin dong sma tae klo km bnr2 sayang sma dia jgn d sembunyiin trus,kan ksian tae nya jd sedih dan mkir klo km gk syang sm dia..
    Thor yulsic moment nya dkit amat next chap bnyakin yulsicnya ya pleasee..
    ok d tunggu next nya

    Reply

  30. yoongtaenggorjess
    Oct 19, 2014 @ 19:01:24

    Hiks.. terharu biru ungu kelabu dg persaudaraan mrk..
    Yg atu malu2 jaim, yg atu..
    Hehe.. keep writing, kak! Hwaiting!!

    Reply

  31. ttaetiff
    Oct 19, 2014 @ 20:49:41

    tiffany baru nongol dikit..jd tmbh penasaran knp dia macam benci bgt ama taeyeon..dulu na mereka berhubungan kah tp krna kesalahpahaman mereka pisah dan musuhan..
    ditunggu lanjutan nya kak:)

    Reply

  32. tiwihn
    Oct 24, 2014 @ 11:34:08

    update update

    Reply

  33. Lee TaeNy
    Nov 01, 2014 @ 23:51:59

    Kagak tau harus ngomong apa, tengah malam baca sambil dengerin lagunya Soshi Divine.
    Lukanya benar-benar terasa…
    Semoga, semoga hubungan si kembar akan lebih baik lagi…

    Reply

  34. yoonaddict4ever
    Nov 13, 2014 @ 19:14:55

    Diakhir nendang banget, nunjukkin banget bagaimana sayangnya jessica sama taeyoen
    Hubungan yang rumit emang
    Apendiksitis?
    Bukankah itu termasuk operasi kecil?
    Kok sampai taeyoen gak bisa napas ya?

    Reply

  35. jb
    Dec 30, 2014 @ 21:28:53

    Ternyata taeyeon punya tubuh yg lemah,jesica lembut saat taeyeon sakit jad ga sabar liat mereka akur lagi,

    Reply

  36. talitaeng
    Feb 10, 2015 @ 16:50:15

    ruwet liat sikap jess ,
    dan liat tippany pngen tek jitak..

    Reply

  37. alyajung
    Apr 25, 2015 @ 07:45:58

    sukaa banget interaksi antara taengsic menyentuh dn mengharukan persaudaraan yg rumit.. lanjut..

    Reply

  38. Rianty
    May 29, 2015 @ 14:10:07

    Full taengsic 🙂 sebenernya sica care banget sama taetae nya tapi ya… Baru kali ini yang manggil taetae itu sica biasanya kan fany

    Reply

  39. riacma12
    Jun 03, 2015 @ 09:14:04

    semakin keren ceritanya… gw selalu mikir seorang author itu keren ya selain dapat ngatur hidup castnya juga harus cari tahu berbagai macam ilmu dan merangkai kata

    Reply

  40. Junita Finanty
    Jun 08, 2015 @ 09:18:20

    Bukankah sedingin apapun suatu sosok ia memiliki sisi yang hangat? Semua tak akan terjadi tanpa sebab bukan?

    Reply

  41. sukma1901
    Jul 22, 2016 @ 22:02:05

    Bahagiaa dehh klo punya kakak kek sica, walaupun cuek tp sangatt perhatiann,,

    Reply

  42. Q'cho11
    Oct 01, 2016 @ 22:29:12

    Nakalnya taetae.. bener bener menguji kesabaran jessi

    Reply

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.