1:43 (Chapter 13)

Title : 1:43

Author : Navaya Gaia Chandra

Cast :

Kim Nayoung

Kim Sejeong

Jung Mimi

Shin Bora

Ki Heehyun

Jung Chaeyeon

Kim Doyeon

Choi Yoojung

Others

Genre : Drama, Romance

Length : Series

Playlist :

Gugudan – Lovesick

Alan Walker – Faded

Yezi ft Jung Chaeyeon – Shadow

Bolbbalgan4 – Some

Little Mix ft Jason Derulo – Secret Love Song

Pentatonix – Say Something

James Bay – Let It Go

Desclaimer:

This is just for fun.

Just a pure fiction story.

Imagination. Fantasy. Dream.

 

Copyright. ©Navaya. 2018. All right reserved

Please, don’t try to copy this story without prior written permission from the Author.

Thanks 🙂

 

 

 

CHAPTER 13

Together, Forever

 

Seoul, September 2017

Nayoung mengulurkan kacamata dan obat tetes mata pada Sejeong sesaat setelah mereka menyelesaikan pertunjukkan. Mata yang berbinar dan wajah yang sebelumnya penuh senyum kini berbeda 180 derajat saat mereka kembali ke backstage. Tak ada senyum yang tersungging di bibirnya dan tatapan matanya terlihat dingin. Sejeong yang menyadari perubahan suasana hati Nayoung menerima pemberian Nayoung namun tak melepaskan pegangannya dari pergelangan tangan gadis itu. Dia tahu, kekasihnya kesal karena penyelenggara acara tidak mengijinkannya menggunakan kacamata dan agensi mereka tidak melakukan apa-apa dan mengikuti peraturan yang ada. Sedangkan Sejeong baru saja melakukan operasi pada matanya beberapa hari lalu dan masih membutuhkan waktu untuk mengistirahatkan matanya dari cahaya lampu yang menyorot terlalu tajam.

Wae?” Nayoung menatap tepat di mata Sejeong. Seolah dapat membaca pikiran kekasihnya, dia menggelengkan kepala. “Jangan mengeluarkan aegyo-mu sekarang, Dear. Aku sedang tidak ingin melihat dan mendengarnya.”

Sejeong bersungut mendengar respon Nayoung. Namun dia tahu, Nayoung dalam kondisi marah adalah Nayoung yang harus dia hadapi dengan penuh kesabaran. Sejeong pun tersenyum dan menepuk sofa di sebelahnya. Nayoung menghela napas panjang menatap Sejeong yang mengisyaratkannya untuk duduk. Meski sebenarnya dia sedang tidak ingin berada di dekat kekasihnya karena suasana hatinya yang sedang tidak baik, Nayoung tidak dapat menolak permintaan Sejeong. Dia duduk dan membiarkan Sejeong memeluk pinggangnya. Bagaimanapun juga kondisi Sejeong belum sepenuhnya pulih dan semarah apa pun Nayoung dengan keadaan sekarang, dia tidak akan mengabaikan kekasihnya begitu saja.

“Aku baik-baik saja.” Sejeong merapatkan tubuhnya pada Nayoung dan mengusap-usap punggung Nayoung.

“Jika memang begitu maka hanya aku yang merasa tidak baik-baik saja.” Nayoung menjawab dingin dan membuat Sejeong mendekatkan wajahnya pada Nayoung dan mencium pipi gadis itu.

“Jangan marah seperti ini. Aku harus melakukan itu, Unnie. Semua demi-”

“Profesionalisme?” Nayoung memotong dengan intonasi jengkel. “So you called that professionalism? That stupid rules, that fvcking-”

“Unnie.. Kumohon jangan seperti ini.” Sejeong mengusap dan menciumi punggung tangan Nayoung. “Setelah ini kita masih harus melakukan latihan. Aku tidak ingin kau mendapat teguran karena ekspresimu yang memancing keributan.”

“Nayoung-ah.” Bersamaan, Nayoung dan Sejeong menoleh. “Manager Oppa memanggilmu.” Mimi mengisyaratkan Nayoung untuk menemui manager mereka yang terlihat sibuk berbicara dengan seseorang di telepon.

Nayoung mengangguk dan melepas rangkulannya pada Sejeong. Namun Sejeong kembali menarik tangannya dan membuat Nayoung kembali berhadapan dengan Sejeong.

“Jangan membantah apapun yang Manager Oppa katakan.” Pintanya dengan raut serius.

“Aku hanya akan-”

“Unnie, kumohon.” Menyadari Nayoung yang akan bersikap keras kepala membuat Sejeong mengeratkan genggamannya. “Jangan melakukan hal-hal yang membuatku khawatir.”

Nayoung menarik napas dalam dan menghembuskannya. Dengan berat hati dia mengangguk dan tersenyum saat kekasihnya kembali menciumi punggung tangannya. Dia mengacak lembut rambut Sejeong sebelum melepaskan genggamannya untuk menemui manager mereka.

“Tidakkah dia terlihat dewasa saat melindungimu seperti itu? Sangat kontras dengan kesehariannya yang seringkali bertingkah seperti maknae.” Mimi duduk di sebelah Sejeong dan membiarkan gadis yang lebih muda darinya menyandarkan kepala di bahunya.

“Bagiku Nayoung Unnie dapat kuandalkan dan sangat menggemaskan pada saat bersamaan. Dia sangat jarang mengambil peran sebagai sosok yang mencari keributan namun jika dia sampai marah karena sesuatu hal, aku yakin dia pasti memiliki alasan. Dia sangat jarang marah, dan jika hal itu sampai terjadi tentu hal yang mengganggunya sudar berada di luar batas toleransinya. Bagaimana pun juga, selama ini dia lebih sering bertingkah kekanakan dan butuh perlindungan. Aku menikmati setiap perilakunya yang seringkali tidak sesuai dengan usianya meski sepertinya aku harus mulai membiasakan diri mendengarnya mengumpat.” Sejeong menyeringai mengingat bagaimana sikap Nayoung beberapa waktu lalu.

“Dia mengumpat? Uri Nayoung mengumpat?” Mimi bertanya tak percaya. “Kupikir hanya aku yang dapat mengumpat dengan benar dalam grup ini.”

Sejeong tertawa mendengar kata-kata Mimi. Dia memeluk pinggang Mimi dan memejamkan matanya.

“Dia terlihat sangat seksi saat kesal seperti itu.” Sejeong bergumam pelan dengan senyum di bibirnya. “Melihat seperti apa dia hari ini, kurasa dia juga berbakat untuk menjadi pembuat masalah sepertimu. Aku harus sering mengingatkannya agar tidak mengikuti pengaruh burukmu, Unnie.”

“Yah! Aku tidak membuat masalah, aku hanya tidak menyukai aturan.” Mimi menjawab santai dan membuka botol minumnya.

Sejeong tertawa kecil dan semakin merapatkan tubuhnya pada Mimi. Keadaan matanya yang belum pulih sepenuhnya ditambah sorot cahaya yang begitu menyilaukan membuat matanya perih dan kepalanya terasa pening.

“Bagaimana keadaan matamu? Apa masih terasa sakit?” Satu tangan Mimi terangkat mengusap pipi Sejeong.

“Rasanya benar-benar perih, Unnie. Cahaya yang menyoroti panggung terlalu menyilaukan dan membuat kepalaku sakit.” Sejeong membenamkan wajahnya di bahu Mimi dan mengeratkan pelukannya di pinggang Mimi.

“Apa kau sudah meneteskan obat pada matamu?”

Satu suara mengambil alih perhatian Sejeong dan Mimi. Mimi menengadahkan kepalanya dan menemukan Hana berdiri di hadapan mereka. Dia menggigit bibir bawahnya tanpa sadar saat Hana bersimpuh di hadapan Sejeong dan menangkupkan telapak tangannya di wajah gadis itu untuk mengecek matanya.

“Matamu sangat merah.” Hana meraih obat tetes mata di tangan Sejeong dan meneteskan obat itu ke mata Sejeong. Tatapannya terlihat khawatir dan membuat Mimi menghela napas panjang. Sudah beberapa hari berlalu sejak pertengkaran mereka dan selama itu mereka hanya berbicara jika terkait dengan pekerjaan. Hana sangat profesional dan tetap menjalankan perannya sebagai leader dengan sangat baik. Namun Mimi tahu, hubungan mereka sedikitpun tidak membaik dan tidak ada yang dapat dia salahkan selain dirinya sendiri.

“Efek sampingnya memang seperti ini, Unnie.” Sejeong mulai merengek dan mengerjapkan matanya beberapa kali. Mencoba beradaptasi dengan rasa perih setelah obat itu bekerja. Tanpa sadar Mimi ikut tersenyum saat melihat kekasihnya tersenyum mendengar rengekan Sejeong. Terkadang Sejeog dapat menjadi sosok yang begitu dewasa namun pada saat-saat tertentu, dia tak jauh berbeda dengan dongsaeng mereka yang lain. Meski tidak semanja Nayoung, Sejeong yang sedang berada dalam perilaku kekanakan akan tampak menggemaskan.

“Nayoung pasti kesal melihat keadaanmu seperti ini.” Hana menyelipkan rambut Sejeong ke belakang telinganya dan menoleh ke arah Nayoung dan manager mereka yang masih berbicara.

“Apa manager Oppa memanggilnya karena menyadari perubahan sikap Nayoung Unnie?” Dari tempatnya, Sejeong dapat melihat raut serius Nayoung yang tengah berbicara dengan manager mereka. Sepertinya mereka tengah mempertimbangkan beberapa pilihan sebelum Nayoung kembali berjalan ke arahnya.

“Unnie,” Nayoung menggembungkan pipi dan menggigit bibir bawahnya saat Hana menatapnya. “Ummm,” dia melirik ke arah Sejeong sebelum melanjutkan kalimatnya. “Triumvirate membutuhkanku untuk merekam contoh lagu di Osaka besok pagi.”

“Lalu?” Hana mengerutkan dahi, menunggu Nayoung melanjutkan kalimatnya.

“Besok malam kita ada acara, jadi kukatakan pada mereka untuk membiarkanku tetap di Seoul karena aku harus latihan untuk persiapan acara kita. Namun di sisi lain, aku tetap harus menyelesaikan rekamanku. Setelah mendiskusikannya dengan Manager Oppa, ada beberapa alternatif yang dapat kuambil. Dapatkan aku meminta pertimbanganmu dan member lainnya?”

Mendengar apa yang Nayoung katakan membuat Hana memanggil member yang lain untuk mendekat dan mendengarkan Nayoung. Bagaimanapun juga member lain harus ikut dilibatkan dalam setiap keputusan yang terjadi dalam grup mereka.

“Apa pilihan yang Manager Oppa berikan?” Kini perhatian semua member tertuju pada Nayoung. Nayoung pun memberikan penjelasan singkat mengenai apa yang tengah terjadi dan alternative pilihan yang diberikan.

“Pertama, aku akan absen dalam acara besok malam dan berangkat ke Osaka besok pagi. Atau yang kedua, jika memungkinkan, aku akan berangkat malam ini dan kembali di sore hari untuk bergabung dengan kalian tanpa rehearsal.”

Andwe, Unnie.” Sejeong mengulurkan tangannya meminta Nayoung mendekat dan memeluk pinggang kekasihnya. Dia menggelengkan dengan kepala yang membenam di perut Nayoung. “Kau akan kelelahan jika seperti itu.”

“Sejeong benar.” Hana menganggukkan kepala diikuti keenam member lainnya. “Apa tidak ada pilihan lain?”

“Mmm..” Nayoung mengusap tengkuknya. Tampak canggung dan serba salah dengan pilihan lainnya. “Aku dapat menyelesaikan rekamanku setelah latihan, jadi malam ini aku tidak akan bermalam di dorm dan baru akan bergabung sebelum rehearsal. Aku akan menginap di studio Yuri Unnie agar memudahkanku berkomunikasi dengan mereka yang akan berangkat ke Osaka besok pagi.”

“Kau tidak melakukan rekaman di studio Triumvirate?” Mina bertanya ingin tahu karena biasanya Nayoung lebih banyak menghabiskan waktu di studio Triumvirate.

“Ini berkaitan dengan alternatif terakhir.” Nayoung tersenyum tipis. “Yuri Unnie menawarkan studionya untuk kita melakukan latihan di saat aku rekaman, jadi akan memudahkanku untuk bergabung dengan kalian di saat break atau saat yang lain melakukan rekaman. Biasanya akan banyak break di tengah rekaman ini dan jika mengingat apa yang akan kami lakukan malam ini, sepertinya tidak hanya aku yang melakukan rekaman. Bagaimana, Unnie? Aku tidak bisa memutuskannya secara sepihak karena itu aku meminta pertimbangan yang lain.”

“Apa tidak merepotkannya jika kita melakukan latihan di studionya?” Hana tampak ragu.

“Yuri Unnie memiliki tiga studio rekaman dan dua studio dance. Jika dia menawarkan, kurasa itu bukan masalah karena biasanya studio dance miliknya lebih sering digunakan untuk disewakan di siang hari.” Nayoung mengusap kepala Sejeong yang masih menyandar di perutnya.

“Kurasa alternatif terakhir adalah yang terbaik.” Sally menatap Hana dan menyeringai. Dia meraih tangan Hana dan menggoyang-goyangkannya. “Ini kesempatan bagus untuk kita memberi salam pada mereka, Unnie.”

“Bagaimana dengan yang lain?”

“Sally Unnie benar, aku pun menyukai alternatif terakhir.” Hyeyeon menganggukkan kepala diikuti yang lain. “Unnie, apa di sana kita akan bertemu dengan Yuri-nim dan Triumvirate Sunbaenim?”

“Ngg..” Nayoung tampak ragu. “Aku tidak tahu. Tapi kurasa di sana hanya ada Henry Oppa dan Seungwan Unnie.”

“Itu pun tak masalah. Aku akan sangat senang bertemu mereka. Kudengar mereka adalah musisi yang hebat dan beberapa kali mereka ambil bagian dalam musical dan mengeluarkan single dalam project-project indie.” Haebin menepuk punggung Nayoung dan menganggukkan kepala.

“Ya, lagipula kapan lagi kita mendapat kesempatan latihan di studio miliknya.” Soyee menambahkan.

“So?” Nayoung menatap Hana. Meminta keputusan terakhir dari leadernya.

“Why not?” Hana tersenyum. “Let’s go!”

 

***

 

“Kenapa kau masih berada di studio? Kau seharusnya sudah kembali ke dorm.” Taeyeon mengerutkan dahi melihat sepupunya masih duduk di sofa dan memainkan ponselnya. Dia melirik jam digital di dinding yang hampir menunjukkan pukul sepuluh malam.

“Kau belum memberikan tanggapan atas lagu yang baru kudapatkan.” Doyeon mengalihkan tatapannya dari layar ponsel dan menatap kakak sepupunya yang masih menatapnya dengan dahi mengerut.

Taeyeon hanya menggelengkan kepala dan berjalan menuju sofa yang terletak di ujung, tempat di mana dia menaruh laptopnya.

“Unnie, apa kau sudah mendengar demo lagu ini?” Doyeon menggoyangkan ponselnya sambil menunjuk satu earphone yang masih berada di telinganya.

“Hmm..” Taeyeon mengangguk dengan tatapan yang tak beralih dari laptopnya.

“Bagaimana menurutmu? Apa lagu ini cocok untukku?” Doyeon menggeser tubuhnya tepat di sebelah Taeyeon dan mulai mengganggu gadis itu. Melihat Taeyeon yang tampak terganggu membuat Yuri, Wendy dan Henry yang berada di studio tertawa.

“Haruskah kujawab itu?” Taeyeon menghela napas panjang dan menatap sepupunya yang menyeringai kekanakan padanya. Doyeon mengangguk antusias.

“I don’t wanna.” Jawaban Taeyeon membuat Doyeon dengan sengaja duduk di pangkuan Taeyeon dan melingkarkan tangannya di leher gadis mungil itu.

“Yah! Kim Doyeon! Ugh! Kau sangat berat!” Taeyeon berusaha melepas pelukan Doyeon namun gadis itu benar-benar memeluknya erat.

“Aku sudah mendapat tanggapan dari yang lain tapi tidak darimu. Apa sulitnya memberikan tanggapan untuk laguku?” Dia membenamkan wajahnya di bahu Taeyeon dan dengan sengaja menggoyang-goyangkan tubuhnya.

“Apa kau tidak melihat sebesar apa tubuhmu dan sebesar apa tubuhku?” Taeyeon mengabaikan pertanyaan Doyeon dan meneruskan protesnya. Dia menarik tubuhnya ke belakang untuk menyandar pada punggung sofa dengan maksud membuat Doyeon melepas pelukannya namun yang terjadi sepupunya malah semakin melekat dan menyandar padanya.

“Oh, shit! Kim Doyeon! Lepaskan aku!” Taeyeon menepuk-nepuk punggung Doyeon memintanya turun dari pangkuan.

“Jawab pertanyaanku dan aku akan melepaskanmu, Unnie.” Doyeon menangkupkan telapak tangannya di wajah Taeyeon dan memaksa gadis itu menatapnya.

Taeyeon menghela napas panjang menyadari dia tidak akan menang menghadapi gadis yang berusia sepuluh tahun lebih muda darinya.

“I stan talent, you know?” Taeyeon menatap Doyeon dengan tatapan lembut. Namun Doyeon tampak bingung dengan maksud Taeyeon balik menatapnya dengan satu alis terangkat. “Babo, jika kau tidak melihatku kesal dan complain, itu artinya tidak ada masalah dengan apa yang tengah terjadi. Aku tahu kau akan melakukannya dengan baik. Tak peduli akan seperti apa chart lagumu nanti, aku menyukai lagu itu. Just do well, Dear. Now, get off and go back to your dorm.

“Aku lapar.”

Taeyeon tertawa mendengar kata-kata Doyeon sebelum menyodorkan kartunya pada gadis itu.

“Pergi dan beli makanan yang kau inginkan.” Taeyeon menepuk punggung Doyeon mengisyaratkannya untuk turun.

“Taeyeon Unnie, jjang!!” Doyeon tersenyum lebar dan menunduk mencium dahi Taeyeon sebelum turun dari pangkuan gadis itu.

“Jika aku tidak tahu kalian adalah sepupu, aku pasti akan menganggap perilaku kalian adalah skandal.” Nayoung yang sejak tadi memperhatikan tingkah Doyeon dari pintu menatap keduanya dengan tatapan takjub.

“Unnie, annyeong!” Doyeon melambaikan tangan ke arah Nayoung. “Unnie, apa kau sudah makan?”

Nayoung menatap Doyeon dan menggelengkan kepalanya.

“Pergilah membeli makanan bersamanya dan membermu. Pastikan anak itu kembali ke dormnya setelah makan malam. Dia benar-benar membuatku sakit kepala.” Taeyeon mengisyaratkan Nayoung untuk mengikuti Doyeon.

“Unnie, kau datang bersama membermu?” Doyeon bertanya antusias. Namun belum sempat Nayoung menjawab pertanyaan itu, Doyeon berlari ke arah Nayoung saat melihat kepala Sejeong menyembul dari celah pintu.

“Sejeong Unnie!!” Gadis itu berteriak dan memeluk Sejeong erat. “I miss you, Unnie! I miss you!!

“Yah! Kau tidak seperti itu saat bertemu denganku.” Nayoung mengerutkan dahi mengajukan protesnya.

Doyeon tertawa melihat ekspresi Nayoung. Dengan masih merangkul pinggang Sejeong, dia mengibaskan tangannya.

“Aku bertemu denganmu setidaknya satu minggu sekali, tapi dengan Sejeong Unnie, belum tentu dua bulan sekali.” Doyeon menatap ke arah pintu dan terlonjak kaget melihat siapa yang berada di balik pintu.

Annyeonghaseyo..” Gadis itu melepas pelukannya dan menyapa member Gugudan lain.

“Karena mereka sudah datang, maka sudah waktunya kau pulang ke dorm, Kim Doyeon.” Yuri berteriak dari tempat duduknya.

Aniyo, Unnie!” Doyeon menggelengkan kepala. “Taeyeon Unnie menyuruhku makan malam bersama mereka sebelum aku pulang.” Doyeon mengibaskan kartu Taeyeon di tangannya sebelum tersenyum pada kesembilan member yang memberikan salam pada Taeyeon, Yuri, Henry dan Wendy. Setelahnya, Doyeon mengajak mereka ke ruang latihan di sebelah studio rekaman dan memesan makanan. Meninggalkan Nayoung bersama Taeyeon, Yuri, Henry dan Wendy yang tetap berada di studio.

“Yuri Unnie.” Panggilan Nayoung mengalihkan tatapan Yuri dari pintu.

“Hmm?” Yuri menatap Nayoung yang tersenyum jahil ke arahnya.

“Berhentilah menatapnya seperti itu. Aku tahu dia adalah visual di grupku sekaligus member yang paling tua di antara kami dan paling memungkinkan untuk berkencan denganmu. Namun kurasa kau bukan tipenya. Dia sudah memiliki kekasih, Unnie, dan kekasihnya sangat pencemburu.”

Taeyeon, Henry dan Wendy tertawa mendengar kata-kata Nayoung. Sedang Yuri dengan cepat meraih bantalan sofa dan melemparnya ke arah Nayoung.

“Yah! Aku tidak seperti itu!” Yuri menggerutu sebelum ikut tertawa. Dia menggelengkan kepala dan membenarkan apa yang Nayoung katakan. “Aku terlalu terlihatkah?”

“Hmm,” Nayoung mengangguk. “Kurasa setelah ini kau harus menghadiahiku sesuatu karena aku harus membersihkan namamu di hadapan member-memberku, Unnie.” Nayoung tertawa karena sekali lagi dia berhasil membuat Yuri melempar bantal ke arahnya.

 

***

 

Nayoung kembali ke dorm pada pagi hari dan menemukan dorm mereka masih tampak senyap. Sepertinya member-membernya masih terlelap karena baru kembali ke dorm pukul tiga dinihari tadi. Tak disangka latihan dan rekaman yang dilakukan di studio Yuri berjalan dengan baik. Nayoung dapat membagi dirinya untuk menyelesaikan semua kewajibannya sebelum berpisah dengan member-membernya yang pulang ke dorm lebih dulu. Nayoung pun melangkah menuju kamarnya dan tersenyum saat menemukan Sejeong tertidur di tempat tidurnya dengan posisi membelakanginya. Dia pun berbaring di sebelah Sejeong dan merapatkan tubuhnya di punggung Sejeong. Satu tangannya melingkari perut Sejeong dengan wajah membenam di tengkuk kekasihnya.

“Nayoung Unnie?” Nayoung mengeratkan pelukannya saat mendengar suara Sejeong yang masih mengantuk memanggil namanya dan berusaha berbalik.

“Jangan berbalik dan lanjutkan tidurmu, Dear.”

Wae?” Suara Sejeong terdengar merengek namun gadis itu menuruti apa yang Nayoung katakana.

“Aku tidak janji kau dapat melanjutkan tidurmu jika kau berbalik. Aku benar-benar ingin menciummu sekarang tapi tidak, kau membutuhkan tidur. Kau harus beristirahat.” Nayoung dapat mendengar suara tawa Sejeong. Sesaat, sebelum gadis itu kembali terlelap. Perlahan Nayoung melepas pelukannya dan turun dari tempat tidur. Dia merasa kedinginan dan berniat mencari sesuatu di pantry untuk menghangatkan tubuhnya sebelum ikut terlelap di sisi kekasihnya.

Dia mengerutkan dahi saat menemukan leadernya duduk seorang diri di meja makan dengan secangkir kopi yang masih mengepul di hadapannya. Gadis itu tampak melamun dan tak menyadari keberadaan Nayoung yang berdiri tak jauh darinya.

“Unnie, kau sudah bangun?” Hana tersentak mendengar suara Nayoung. Dia tersenyum menatap Nayoung yang menatapnya curiga.

“Tidak biasanya kau terbangun tanpa Haebin.” Nayoung mendekati rak dan mengambil sebuah mug untuk membuat cokelat panas.

“Haebin masih tidur. Kurasa dia kelelahan karena latihan semalam.” Hana menyesap kopinya sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja. Meski tidak mengatakan apa-apa, Nayoung dapat merasakan kegelisahan Hana.

“Ingin berbagi denganku, Unnie?” Nayoung duduk di hadapan Hana dan sekali lagi membuat gadis itu tersentak.

“Sojin..” Hana menghela napas panjang.

“Ada apa dengan Sojin?” Nayoung mengerutkan dahinya. Berusaha mengingat sesuatu. “Ahhh, kau mengkhawatirkan cederanya?”

Hana mengangguk.

“Kemarin hasil pemeriksaannya keluar dan kurasa cederanya akan semakin bertambah parah jika agensi memaksanya untuk latihan dan melakukan comeback November nanti.”

“Lalu?”

“Kemungkinan kita akan melakukan comeback tanpanya Naong-ah.” Hana menghela napas panjang. “Kupikir ini yang terbaik. Sojin akan kembali ke rumah orangtuanya setelah kita menyelesaikan fanmeeting untuk memulihkan kondisinya dan akan kembali setelah dia membaik.”

“Seburuk itukah keadaannya?” Nayoung bertanya memastikan. Hana mengangguk dan membuat Nayoung menepuk punggung tangan gadis itu.

It’s okay, Unnie. Kita pasti bisa melewatinya. Kita harus tetap melakukan yang terbaik dan membuat Sojin bangga dengan apa yang sudah kita lakukan untuknya.”

Nayoung menyesap cokelat di mug-nya dan menatap Hana yang kembali melamun.

“Kau masih belum menyelesaikan masalahmu dengan Mimi Unnie?” Nayoung bertanya hati-hati dengan tetap memperhatikan reaksi Hana.

“Dia yang seharusnya menyelesaikan hal itu denganku.” Meski terdengar tak peduli, Nayoung menangkap sorot sedih dalam tatapan Hana. Dia menghela napas panjang sebelum memutuskan apa yang harus dia katakan.

“Dia terluka, Unnie, dan dia tidak tahu bagaimana menyampaikannya.”

“Dia terluka karenaku?” Hana bertanya ingin tahu dan Nayoung menggeleng.

“Netizen.”

Netizen?” Hana bertanya bingung. “Apa netizen meninggalkan komentar negatif untuknya? Karena sikapnya?”

“Dapat dikatakan seperti itu. Tapi dia sebenarnya tidak perlu memikirkan itu. Netizen akan selalu melakukan apa pun untuk membuat kita tidak nyaman. Kurasa saat ini lebih kepada rasa bersalahnya padamu. Dia terluka karena dirinya sendiri.”

“Apa kau tahu apa yang membuatnya terluka?”

“Itu adalah tugasmu untuk mencari tahu, Unnie.” Nayoung tersenyum dan membuat Hana mengerucutkan bibirnya.

“Aku sudah mengajaknya bicara. Aku juga sudah bertanya tentang apa yang mungkin menggangunya namun dia diam. Apa yang harus kulakukan jika dia seperti itu? Aku hanya dapat menunggu sampai dia menurunkan egonya dan membicarakannya denganku.”

“Whoaaahh.. Mimi Unnie se-keras kepala itu? Daebak!” Nayoung terkikik geli mendengar kata-kata Hana. “Nikmatilah, Unnie.  Bukankah ini tahun pertama kalian berkencan?”

“Kau dan Sejeong tidak seperti ini di tahun pertama. Kalian melewatinya dengan kencan dan berlibur bersama. Benar-benar terlihat menyenangkan. Aku tidak pernah melihat kalian bertengkar di tahun pertama.”

“Namun kami diterjang badai di tahun kedua, Unnie, dan itu adalah yang terburuk. Aku hampir mengakhiri hubunganku dengannya.” Nayoung mengernyit mengingat apa yang terjadi dengannya dan Sejeong di tahun lalu. “Berkencan dengan orang biasa saja sulit untuk mempertahankannya apalagi dengan teman satu timmu yang dikenal oleh publik. Tidak ada yang mudah saat kita tengah berkencan dengan seseorang yang menjadi figur publik. Apa pun yang kita lakukan akan diperhatikan dan dikomentari.”

“Tidak ada yang tahu dengan siapa aku berkencan.”

“Tapi ini mata publik, Unnie. Mereka memperhatikan dan menilai. Sekalipun aku tidak berkencan dengan Unniedeul di studio itu, namun jika publik tahu aku bekerja dengan mereka, mereka bisa saja berpikir jika salah satu Unnie itu adalah Sugar Mama-ku. Ini bukan tentang benar atau salah. Ini tentang bagaimana publik melihat dan mengimajinasikan sesuatu yang tidak nyata menjadi nyata. Asumsi itu sungguh luar biasa. Mereka dapat melukai kita hanya dengan membaca komentar mereka.”

“Lalu bagaimana perasaanmu berkencan dengan Sejeong? Tidakkah kau merasa insecure?”

Nayoung kembali tertawa mendengar pertanyaan Hana.

“Sudah tentu aku merasa insecure, Unnie. Aku berkencan dengan Sejeong. Kim Sejeong. That Sejeong. God Sejeong.” Nayoung kembali meringis. “Dia memiliki banyak kesempatan untuk melepasku dan berpindah hati pada seseorang memiliki segalanya dibanding aku tapi dia tidak melakukan itu. Sebaliknya, semakin publik mengasumsikan banyak hal tentangnya, tentangku, tentang grup ini, Sejeong semakin berusaha membuktikan bahwa asumsi publik tidak benar. She’s keeper. Dia sangat baik dalam memainkan perannya.”

“Dia memang seperti itu. Dia memiliki segalanya namun yang dia lakukan adalah mencemburui fansmu yang selalu berteriak setiap kali melihatmu. Dia juga mencemburui unnie-unniemu itu.”

“Tidakkah dia menggemaskan jika seperti itu?” Nayoung tertawa geli mengingat ekspresi Sejeong setiap kali menonton video di mana fans Nayoung berteriak mengelu-elukan namanya.

“Tapi Nayoung-ah..” Hana menatap Nayoung dengan tatapan serius. “Tidakkah salah satu Unniemu itu tertarik dengan MIMI-KU?”

Nayoung terkekeh mendengar pertanyaan Hana. Dia terdengar begitu posesif saat menyebut ‘MIMI-KU’.

“Jangan khawatirkan itu, Unnie. Mereka semua menyukai gadis-gadis cantik.” Nayoung mengibaskan tangannya dan kembali menyesap cokelat di mugnya. “Taeyeon Unnie bahkan pernah menggoda Sejeong langsung di hadapanku. Dia dan Doyeon benar-benar menyebalkan jika tengah menggodaku dan Sejeong.”

“Apa yang dia lakukan?”

“Taeyeon Unnie dengan sengaja menarik tangan Sejeong hingga Sejeong terduduk di pangkuannya dan mendekatkan wajahnya pada Sejeong.” Nayoung menghela napas mengingat kejadian itu. “Whoooahhh jika aku tidak mengenalnya dengan baik, aku pasti akan mengajaknya bertengkar. Mereka benar-benar tahu bagaimana memancing keributan denganku. Mereka berprinsip, ‘Gunakan Sejeong, maka Nayoung akan mudah untuk diprovokasi!’. Ugh! Mereka benar-benar menyebalkan.”

Hana tertawa melihat ekspresi Nayoung saat menceritakan Sejeong. Kedua dongsaengnya ini memang memiliki hubungan yang cukup stabil. Ya, dia tahu keduanya sempat mengalami krisis di tahun lalu dan dia bersyukur saat keduanya dapat menyelesaikan masalah mereka dengan baik. Kini badai tengah melanda hubungannya dengan Mimi. Sekeras apa pun dia mencoba mengabaikan Mimi, dia tidak dapat membohongi hati kecilnya jika dia merindukan kekasihnya. Biasanya di waktu-waktu seperti ini dia masih berada di atas tempat tidur. Di dalam pelukan Mimi.

“Unnie…”

Hana dan Nayoung menoleh ke arah datangnya suara. Sejeong berjalan memasuki pantry dengan mata setengah menutup dan langkah diseret. Terlihat setengah tidur dan membuat Nayoung meraih tangan gadis itu sebelum menabrak pinggiran meja. Tanpa berkata apa-apa Sejeong duduk di pangkuan Nayoung dan melingkarkan tangannya di leher Nayoung. Spontan Nayoung memperbaiki posisinya dan melingkarkan tangannya di pinggang Sejeong agar gadis itu dapat bersandar dengan nyaman.

“Kenapa kau meninggalkan tempat tidur?” Sejeong bertanya dengan suara tidak jelas karena wajahnya membenam pada lekukan leher Nayoung. “Aku kedinginan. Apa kau lupa jika aku Summer Baby? Aku akan kedinginan jika sudah melewati musim panas.”

Nayoung tertawa dan mengeratkan pelukannya pada Sejeong. Dia menunduk mencium kepala Sejeong sambil mengusap-usap punggungnya.

“Tapi ini masih September, Sayang.” Ucapnya masih dengan tawa tertahan. Terkadang kekasihnya suka mengeluarkan pernyataan ajaib yang membuatnya tertawa geli.

“Akhir September, Unnie. Ini sudah mau memasuki musim gugur dan aku kedinginan.” Sejeong mengoreksi dan kembali membuat Nayoung tertawa.

Hana tersenyum melihat tingkah kedua dongsaengnya. Entah kenapa hal itu semakin membuatnya merindukan Mimi. Dia pun meninggalkan kursinya untuk kembali ke kamarnya. Tangannya terangkat mengacak lembut kepala Sejeong yang kembali terlelap dalam pelukan Nayoung. Tanpa menimbulkan suara, dia menaiki anak tangga dan hampir memekik saat seseorang menabraknya sebelum dia memasuki pintu kamar.

“Mimi?” Hana memegangi bahu Mimi yang hampir terjatuh. “Apa yang-”

Hana tak sempat melanjutkan kata-katanya karena Mimi mengisyaratkannya untuk diam dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Hana mengerutkan dahi saat mendengar suara keran yang terbuka dan Mimi yang terbatuk keras. Dia melangkah cepat mendekati Mimi saat melihat gadis itu mulai memuntahkan isi perutnya dengan mata berair. Tangan Hana bergerak menyibak rambut Mimi dan mengusap punggung gadis itu. Ini bukan pertama kalinya Mimi seperti ini dan Hana sudah terbiasa menghadapi situasi ini.

“Kembali ke kamar dan ganti bajumu.” Hana mengeringkan wajah Mimi dengan handuk. Tatapannya tak sedikitpun terlepas dari wajah kekasihnya yang tampak pucat. “Apa kau perlu pergi ke rumah sakit? Aku akan memberitahu Manager Unnie untuk membawamu ke rumah sakit.”

Mimi menggeleng dan mencoba tersenyum.

“Aku akan baik-baik saja setelah beristirahat dan minum obat.” Dia terbatuk-batuk dan melanjutkan langkahnya kembali ke kamar.

Melihat keadaan Mimi, Hana kembali ke pantry dan tak menemukan Sejeong dan Nayoung di sana. Sepertinya keduanya sudah kembali ke kamar mereka. Hana pun mulai memanaskan air untuk membuatkan teh hangat untuk Mimi. Namun saat dia akan kembali ke kamar, dia melihat Mimi menuruni tangga dengan membawa selimut dan bantalnya. Hal itu tentu saja membuat Hana kembali menghela napas panjang. Dia tahu Mimi berniat tidur di sofa ruang tengah karena tidak ingin membangunkan dongsaengnya yang masih terlelap karena suara batuknya. Hana pun meraih tangan Mimi dan menggandengnya menuju ruang tengah.

“Minum ini untuk menghangatkan perutmu.”

Mimi menerima mug pemberian Hana dan mendekatkan mug itu ke bibirnya. Hana menyeduh teh dengan suhu yang tepat untuk membuatnya dapat meneguknya tanpa membakar lidah dan tenggorokannya. Mimi terpaku saat jemari Hana mengusap bibirnya dengan gerakan lembut. Kekasihnya sedikitpun tak beranjak dari posisinya dan terus memperhatikan gerak-geriknya.

“Kau dapat kembali ke kamar dan melanjutkan tidurmu. Aku akan menghubungi Manager Unnie jika aku membutuhkan sesuatu.” Mimi menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Dia bersiap untuk berbaring sebelum tangan Hana merangkul bahunya dan membawa Mimi bersandar di tubuhnya.

“Bagaimana mungkin aku bisa tidur jika melihatmu seperti ini huh?” Hana bertanya dengan intonasi dingin namun Mimi merasa hangat saat tangan Hana mulai mengusap punggungnya. “Aku kekasihmu dan aku tidak akan membiarkan orang lain mengambil alih tanggung jawabku. Kau sedang sakit maka sudah seharusnya aku berada di sisimu untuk merawatmu.”

Mimi mengucapkan terima kasih. Dia memejamkan matanya dan menghela napas panjang. Kembali merasa bersalah karena sikapnya beberapa hari ini membuat Hana bingung dan terluka.

“Apa yang kau makan semalam, Mimi-ya? Apa perutmu terasa sakit?” tanyanya sambil mengusap-usap perut Mimi. Sesaat dia merasa bersalah karena semalam tidak memperhatikan Mimi saat makan malam. Taka da masalah dengan makanan yang mereka makan semalam, namun Hana tahu, pencernaan Mimi cukup sensitif jika memakan makanan pedas.

Mimi mengangguk menjawab pertanyaan Hana. Dia tidak ingat apa yang dia makan semalam namun ya, perutnya terasa sakit. Mimi selalu seperti ini saat gastritisnya kambuh.

“Kau ingin aku mengoleskan sesuatu agar perutmu terasa nyaman?”

Mimi menggeleng, “aku sudah menelan obatku. Kurasa sakitnya akan membaik setelah aku tertidur.” Mimi mengeratkan pelukannya saat merasakan bibir Hana menyentuh dahinya.

“Kau masih marah padaku?” Mimi bertanya hati-hati.

“Hmm..” Hana menjawab jujur.

“Jika memang seperti itu, lalu kenapa kau masih di sini memeluk dan menemaniku?”

“Ya. Aku masih kesal padamu. Aku marah padamu bukan berarti aku tidak memperhatikanmu. Sebesar apa pun kemarahanku padamu, kau tetap prioritasku. Kemarahanku akan berlanjut setelah kau sehat nanti.”

Seperti biasa, Hana adalah yang paling berlogika di antara mereka berdua. Dia selalu dapat mengambil keputusan yang asertif dan berusaha tidak merugikan siapapun. Mimi tertawa pelan mendengar kata-kata Hana. Setidaknya dia dapat beristirahat dengan tenang mengetahui Hana masih memperhatikannya. Meski setelah ini dia tahu dia tetap harus menyelesaikan masalahnya dengan Hana. Mimi pun kembali mengucapkan terima kasih dan memejamkan matanya.

“Perlukah kuambilkan kompres panas untukmu? Itu akan membuat perutmu terasa lebih nyaman.” Hana bertanya lagi dengan intonasi khawatir.

“Begini lebih baik,” Mimi berucap pelan saat tangan Hana menyelinap dibalik kaos Mimi. Telapak tangan Hana terasa hangat saat bersentuhan dengan kulitnya.

“Kau ingin berbaring?”

Mimi mengangguk dan Hana membantu gadis itu berbaring. Namun saat dia berdiri untuk memberi ruang lebih pada Mimi, gadis itu menahan pergelangan tangannya dan meminta Hana berbaring di sebelahnya. Mimi langsung merapatkan tubuhnya pada Hana dan secara naluriah Hana memeluk kekasihnya.

“Bora-ya..” Hana menunduk mendengar panggilan Mimi. “Mianhae.”

Hana tak menjawab kata-kata Mimi dan memberi tanda padanya untuk melanjutkan tidurnya. Namun Mimi menggeleng.

“Beberapa hari ini aku terus memikirkan tentang hubungan kita.”

Hana menyipitkan matanya mendengar kata-kata Mimi. Dia merasa hubungan mereka baik-baik saja selain ya, sikap Mimi yang aneh akhir-akhir ini.

“Ada apa dengan hubungan kita?” tanyanya lembut.

“Kau berhak mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku.” Refleks Hana melepas pelukannya untuk mencari wajah Mimi namun Mimi dengan cepat memeluk pinggang Hana dan membenamkan wajahnya di dada Hana.

“Mimi-ya..” Hana mengusap kepala Mimi dan mencium puncak kepala gadis itu. “Ada apa denganmu? Kenapa kau berkata seperti itu?”

“Mereka mengatakan jika aku hanya membuat masalah untukmu dan tidak dapat membantumu di dalam grup. Mereka mengatakan aku tidak cukup baik untukmu. Mereka mengatakan aku tidak mencintaimu sebesar kau mencintaiku. Mereka mengatakan kau akan jauh lebih bahagia bersama orang lain yang dapat memberikan hal yang sama untukmu, dan itu bukan aku.”

Perasaan Hana mencelos mendengar apa yang Mimi katakan. Dia mengeratkan pelukannya pada Mimi dan merasa bersalah karena sempat berpikiran buruk tentang kekasihnya. Dia tidak tahu jika selama ini Mimi harus berurusan dengan pernyataan-pernyataan negatif seperti itu. Satu hal yang selama ini bahkan tidak pernah mengganggu dan menjadi beban pikiran Hana.

“Siapa yang mengatakan itu padamu?” Hana merusaha menata emosinya dan mencoba tenang saat mengajukan pertanyaan itu meski dia sudah dapat menduga siapa yang mengatakan hal itu pada Mimi.

Netizen.” Mimi menjawab singkat.

Hana mengatup rapat rahangnya dan menggigit bibir bawahnya. Terjawab sudah apa yang membuat sikap Mimi berubah setelah menonton video mereka.

“Mereka tidak mengenalmu. Mereka hanya melihat sebagian dari dirimu yang tertangkap oleh kamera. Mereka tidak mengenalmu dengan baik. Kau tidak perlu mendengarkan mereka.”

“Tapi setelah kupikirkan, kurasa mereka benar. Aku terus bersikap kekanakan, membuat masalah dan ya, kau berhak mendapatkan yang lebih baik dan-”

Kata-kata Mimi terhenti karena bibir Hana membungkam bibirnya. Dia berusaha melepas ciuman Hana namun tangan gadis itu menahan bagian belakang kepalanya dan memperdalam ciumannya. Mimi tak melawan dan membalas ciuman kekasihnya. Beberapa hari berusaha baik-baik saja tanpa Hana di sisinya membuat Mimi tersiksa. Dia merindukan Hana.

“Jangan dengarkan mereka.” Hana menatap mata Mimi dengan tangan menangkup di pipi Mimi. “Aku tidak butuh apa-apa darimu, Jung Mimi. Keberadaanmu di sisiku sudah cukup untukku.” Dia tersenyum dan kembali mencium bibir Mimi saat menyadari kekasihnya hanya menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

Nae sarang, Mimi.. Jangan seperti ini lagi. Kau benar benar membuatku khawatir.” Hana memeluk Mimi dan membiarkan kekasihnya terisak di dadanya.

“Aku tahu kau tidak mudah terbuka dan menunjukkan sifat aslimu. Kau bukanlah tipe affectionate yang akan dengan mudah menunjukkan perhatianmu pada semua orang. Kau tipe tsundere, Mimi-ya, dan aku menikmati hal itu.” Hana mengelus-elus rambut Mimi, berusaha menenangkan gadis itu. “Mengenai hubungan kita, aku tahu kau bukan tipe orang yang suka menunjukkan hubunganmu di hadapan publik dan aku pun begitu. Biarkan mereka membicarakan apa pun. Mereka tidak tahu apa-apa tentang kita. Mereka salah, kau memberikan lebih dari apa yang kubutuhkan Mimi-ya.. Jangan dengarkan mereka.”

Hana tertawa melihat Mimi yang masih menyembunyikan wajahnya. Dengan lembut dia mengangkat dagu Mimi untuk menatapnya. Hana tak dapat menyembunyikan senyumnya melihat wajah Mimi yang terlihat menggemaskan dengan air mata yang membasahi pipinya.

“Apa kau tahu kenapa aku selalu bersyukur karena memilikimu?” Jemari Hana bergerak menghapus sisa airmata di wajah Mimi dan merapikan anak rambut Mimi yang berantakan. Mimi menggeleng dan kembali menyandarkan kepalanya di dada Hana. Tampak lebih tenang.

“Karena kau selalu sabar menghadapiku. Kau tidak pernah pergi saat aku mulai menunjukkan sikap tantrum dan memilih menyendiri. Hanya kau satu-satunya yang berani berkonfrontasi denganku dan meyakinkanku bahwa aku tidak sendiri menghadapi semua ini. Kau selalu ada dan menungguku, Mimi-ya.. Aku berterima kasih untuk itu.”

“Hanya aku yang berani berkonfrontasi denganmu itu karena hanya aku, satu-satunya member yang seliner denganmu.”

Hana tertawa mendengar kata-kata Mimi. Kekasihnya selalu dapat membuatnya tertawa bahkan di saat dia tahu, saat ini justru Mimi yang butuh penguatan dan dukungan darinya.

“Aku mencintaimu.” Hana tersenyum saat merasakan Mimi mengeratkan pelukannya. “Aku tidak tahu sampai kapan aku dapat mencintaimu, tapi saat ini yang aku tahu, aku mencintaimu. Aku sangat mencintamu, Jung Mimi.”

“It would be better if we were together forever, Bora-ya.”

Hana kembali mencium puncak kepala Mimi dengan senyum lebar.

“Yeah.. It would be better if we were together forever.”

 

***

 

(Cr. Owner)

 

P.S.

Sesungguhnya gue nggak tau apa yang harus gue lakukan dengan FF ini.. LOL

Haruskah gue menciptakan ending atau membiarkan FF ini tetap berjalan sesuai dengan timeline yang terjadi saat ini?

FF ini sejenis dengan RA dan VV yang based on IRL.. Nggak seluruhnya sama tapi jelas, gue dapat konten cerita ini ya dari IRL mereka..

So, what should I do? Hahahaha

Btw, happy reading!!

Peace… Love… and… Kewl!! ^^

17 Comments (+add yours?)

  1. Ssweet-dispositionn
    Mar 04, 2018 @ 15:19:37

    Ya Allah akhirnyaaaaaaaa .. Seneng banget akhirnya Hana dan Nae Sarang Mimi udah baikan, scene Nayoung sama Sejeong udah cukup mikin gue in awe apalagi setelah liat Gifnya😍😍😍 btw jangan dulu di End, gue berharap FF ini sampe panjang banget atau minimal kayak Runaway kak. Jadi tetap lanjutkan karena masih akan sangat banyak moment moment HanaMi Najeong Hanayoung even HaSe yang bisa lu jadiin inspirasi buat nulis ini. Thank you udah lanjutin dan jangan pernah bosen gue tagihin untuk beberapa waktu kedepan!

    Reply

    • navayagc
      Mar 06, 2018 @ 16:40:10

      Ebuset kayak RA berarti 27 Chapter dong.. Mabok nulisnya hahaha
      Gue into sama 17-34 kalopun akan belok ke kapal lain yaaa untuk saat ini gue gak kepikiran..
      Jadi tulisan gue akan bergantung sama momen dua pasang itu plus dodaeng dan catchae..
      Tengkyu udah mampir.. ^^

      Reply

  2. Ssweet-dispositionn
    Mar 04, 2018 @ 15:28:54

    Ohh iyaa, abis ini gue mau nangih Hourglass ah😂😂

    Reply

  3. bee...
    Mar 04, 2018 @ 23:18:12

    Omaigatt😱😱😱😱akhirnya kak aish up juga,, pliss jgan bru2 di ending in kak,, klau bisa dipanjangin kyak RA n VV

    Reply

    • navayagc
      Mar 06, 2018 @ 16:38:16

      Tapi sebenernya gue gak [unya plot pasti untuk cerita ini.. Jadi ya suka2 gue nulisnya..
      Kalo RA ama VV dari awal gue udah tau mau gue apain.. kecuali endingnya yang emang ga kelar2 hahaha
      Tengkyu udah mampir.. ^^

      Reply

  4. deermaomao
    Mar 07, 2018 @ 00:57:24

    hanami cute disini kak.. hana nya dewasa banget haha
    si yuri itu tertarik ama mimi gara” ngingetin dia sama ‘Jung’ yg lain yah?
    sbenernya gue penasaran kak , pingin liat sejeong yg dewasa and nayoung yang clingy kayaknya asik haha

    btw, lu tau minkyebin ka? gue akhir” ini suka bnget liat moment mereka, si yebin so gentle but clingy >_<

    Reply

    • navayagc
      Mar 07, 2018 @ 10:17:57

      Hahahaha Jung yg lain..
      Mungkin di chapter depan akan ada momen najeong macem gitu fufufu
      Minkyebin? Tau.. hahaha too bad.. I’m a 2Kyung Shipper hahahaha
      Tengkyu udah mampir ^^

      Reply

      • deermaomao
        Mar 07, 2018 @ 13:54:31

        wih jadi gk sabar liat chapter depan hahaha

        padahal gue berharap lu juga suka kak 😦 karna siapa tau ajh lu tertarik gitu nulis mereka di masa depan , because i like your writing style lol

      • navayagc
        Mar 07, 2018 @ 15:13:37

        2kyung yes.. maybe later..
        cuma kalo minkyebin.. mungkin Author lain aja yg nulis kekeke

      • deermaomao
        Mar 07, 2018 @ 17:38:44

        brati gue harus nyiapin hati gue kayak dulu waktu pas baca RA sma VV kak.. gue TS shiper tpi baca ff TN hahaha

        btw sorry nih gue msih pingin reply lu disini haha

      • navayagc
        Mar 07, 2018 @ 19:00:55

        Lha gue? Taengsic Shipper tapi nulis Taeny.. Hahaha
        Cuma untuk generasi ini sptnya gue hanya menulis kapal gue.. Bukan kapal tetangga 😂😂

    • deermaomao
      Mar 07, 2018 @ 19:43:20

      gue ngerti kak, karna rasanya itu gk enak banget klo lu bisa ngebuat sesuatu yg jelas” bisa bikin hati shiper lu (?) seneng, tapi yg lu lakuin malah nyenengin hati shiper orang(?) hahha

      seengaknya bahagia’in hati sendiri gppa lah yah walaupun cuma di FF hahaha
      *mumpung masih kumplit* >_<

      Reply

  5. Chae
    Mar 11, 2018 @ 22:14:54

    Just end this ff and go finish your vv authornim. It’s been 5 years i’m waiting for your vv. So please?

    Reply

    • navayagc
      Mar 13, 2018 @ 17:58:20

      If you think I stopped writing VV because this FF or another FF, you’re wrong..
      I keep writing VV though I have to admit it’s very difficult for me..
      But I’m grateful and thank you if you’re still coming and reading my other fics..
      Thank you for coming 🙂

      Reply

      • Chae
        May 09, 2018 @ 19:36:15

        Its not like that my dear authornim. I just so desperate waiting all of ur ff. I really missing ur ff. Ur older ff. I really miss ur kind of “cringe” story. I miss ur update every week. N i really miss “kak ****” yg dulu setiap saat bisa diajak sharing dan ngobrol dengan sangat terbuka dan welcome. I really really miss the old u. Im sorry. Pardon my emo atittude. I just really missing u rn. Just wanna say i miss u. Kak **** i miss u. Really wanna talk with u rn. Sound really weird i i know. Im sorry

  6. navayagc
    May 10, 2018 @ 19:29:46

    Seriously, I tried.. But still hard for me to continue write VV or BP.. I’m trying for Maps..
    With my situation, I can’t update every week, sorry.. 😅😅
    What’s the difference between new me and old me?
    I’m very welcome if you want to talk or sharing with me..
    Btw, did you know me personally?
    Sorry, but your username not familiar for me.. 🙏🙏

    Reply

    • Chae
      May 17, 2018 @ 10:40:11

      I know kak i know betapa susah nulis kalo uda ga ada mood dan muse sebagai inspirasi itu. Cm greretan aja kak. Dr baru mulai masuk kuliah sampe lulus ff lo yg vv gak kelar2. Jangan aja sampe gue nikah besok 🤣. Gue kangen aja ama lo hahahha. Tbh I kinda had a crush on you. Kekekeke 🙈
      Nope gue gak kenal lo secara pribadi gue cm pernah bbrapa kali ngobrol aja ama lo. Dan gue kangen 🤣

      Reply

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.